Selasa, 30 Oktober 2012

uji kopi dan bawang merah


Skripsi, 30 Januari 2012
Ryan Borneowanto
NIM : SNR102050154
EFEKTIVITAS ANTARA PEMBERIAN SERBUK KOPI DICAMPUR GULA DAN BAWANG MERAH DICAMPUR GULA DALAM PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA TIKUS PUTIH DENGAN JENIS LUKA SAYAT (Vulnus Scissum)
X + VII BAB + 35 halaman, 5 tabel, 2 skema, 6 Lampiran

ABSTRAK
Latar Belakang : Salah satu alternatif yang dapat kita gunakan di dalam proses penyembuhan luka adalah dengan menggunakan obat – obatan tradisional yang berasal dari buah – buahan dan tumbuh – tumbuhan yang bermanfaat di dalam proses penyembuhan luka.antara lain kopi, bawang merah serta gula pasir, saat ini belum ada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui mana yang lebih efektif antara pemberian bawang merah yang dicampur gula dengan kopi yang dicampur gula di dalam proses penyembuhan luka, untuk itu, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dan ingin mengetahui efektivitas antara pemberian serbuk kopi dicampur gula dan bawang merah dicampur gula  dalam proses penyembuhan luka.
Tujuan penelitian : untuk mengetahui perbandingan efektivitas antara pemberian bawang merah dicampur gula dan serbuk kopi dicampur gula dalam proses penyembuhan luka pada tikus putih.  
Metode penelitian : Jenis penelitian ini merupakan penelitian experimental laboratorik dengan rancangan penelitian quasi experiment, bentuk rancangan yang digunakan adalah postes only design, sampel dalam penelitian ini adalah tikus putih dengan jumlah 5 ekor dengan 2 luka pada setiap ekor tikus. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik Quota Sampling. Analisa data dengan uji beda dua mean menggunakan uji T (T-Test) dengan varian beda.
Hasil Penelitian : Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil nilai t hitung sebesar 2,449 sedangkan nilai t tabel, sebesar 1,860 maka nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel dengan p value (0,040 < 0,05) sehingga Ho ditolak.
Kesimpulan : Terdapat perbedaan efektivitas antara pemberian bawang merah dicampur gula  dan sebuk kopi dicampur gula dalam penyembuhan luka. Pemberian serbuk kopi dicampur gula terbukti lebih efektif dibandingkan dengan pemberian bawang merah dicampur gula dalam proses penyembuhan luka pada tikus putih.

Kata Kunci : Serbuk Kopi, Bawang Merah, Gula, Proses penyembuhan luka.
Daftar Pustaka : 20 (1983 – 2011)

abstrak uji aloevera dan getah pepaya

Skripsi, Januari 2012
Ernia Wati
NIM : SNR102050133
UJI EFEKTIVITAS ANTARA PEMBERIAN TERAPI HERBAL ALOEVERA DAN GETAH PEPAYA DALAM PROSES PENYEMBUHAN LUKA BAKAR RINGAN PADA TIKUS PUTIH
XI + VII BAB + 40 halaman, 3 tabel, 1 skema, 2 grafik, 4 Lampiran

ABSTRAK
Latar Belakang : Salah satu alternatif yang dapat kita gunakan di dalam proses penyembuhan luka bakar adalah dengan menggunakan obat – obatan tradisional yang berasal dari buah – buahan dan tumbuh – tumbuhan yang bermanfaat di dalam proses penyembuhan luka.antara lain lidah buaya dan getah pepaya, saat ini belum ada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui mana yang lebih efektif antara pemberian lidah buaya yang di tambah dengan NaCMCdengan getah pepaya yang ditambah dengan NaCMC di dalam proses penyembuhan luka bakar, untuk itu, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dan ingin mengetahui efektivitas antara pemberian getah pepaya dan lidah buaya  dalam proses penyembuhan luka bakar ringan.
Tujuan penelitian : untuk mengetahui perbandingan efektivitas antara pemberian lidah buaya dicampur NaCMC dan getah papaya dicampur dengan NaCMC dalam proses penyembuhan luka bakar pada tikus putih.  
Metode penelitian : Jenis penelitian ini merupakan penelitian experimental laboratorik dengan rancangan penelitian quasi experiment, bentuk rancangan yang digunakan adalah postes only design, sampel dalam penelitian ini adalah tikus putih dengan jumlah 5 ekor dengan 2 luka pada setiap ekor tikus. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik Quota Sampling. Analisa data dengan uji beda dua mean menggunakan uji T (T-Test) dengan varian beda.
Hasil Penelitian : Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil nilai t hitung sebesar 2,876 sedangkan nilai t tabel, sebesar 1,761 maka nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel dengan p value (0,012 < 0,05) sehingga Ho ditolak.
Kesimpulan : Terdapat perbedaan efektivitas antara pemberian getah papaya dicampur NaCMC dan getah papaya dicampur dengan NaCMC dalam penyembuhan luka bakar. Pemberian getah papaya dicampur dengan NaCMC terbukti lebih efektif dibandingkan dengan pemberian lidah buaya dicampur NaCMC dalam proses penyembuhan luka bakar ringan pada tikus putih.

Kata Kunci : Lidah Buaya, Getah Pepaya, NaCMC, Proses penyembuhan luka bakar ringan.
Daftar Pustaka : 14 (2003 – 2011)

Laporan terapi aktivitas kelompok


L A P O R A N
PROGRAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
1.      Dasar Pemikiran
Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa atau ruang jiwa umumnya dengan keluhan tidak dapat diatur di rumah, misalnya amuk, diam saja, tidak mandi, keluyuran, mengganggu orang lain dan sebagainya. Setelah berada dan dirawat di rumah sakit, hal yang sama sering terjadi banyak klien diam, menyendiri tanpa ada kegiatan. Hari – hari perawatan dilalui dengan makan, minum obat dan tidur. Ada di antara klien yang dengan inisiatif sendiri mencari perubahan situasi dengan jalan – jalan di rumah sakit namun ada diantara mereka yang tidak tahu jalan pulang sehingga jika tertangkap ia dicap sebagai klien  yang melarikan diri kemudian dimasukan lagi ke dalam ruang isolasi. Apa sebenarnya yang dilakukan klien??
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu seorang perawat khususnya perawaat jiwa haruslah mampu melakukan terapi aktivitas kelompok secara tepat dan benar.
Untuk mencapai hal tersebut di atas perlu dibuat suatu pedoman pelaksanaan terapi aktivitas kelompok seperti terapi aktivitas kelompok sosialisasi, penyaluran energi, stimulasi sensori dan orientasi realitas.

2.      Tujuan
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota.
Secara umum tujuan terapi aktivitas kelompok adalah meningkatkan kemampuan uji realitas melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain, melakukan sosialisasi, meningkatkan kesadaran terhadap hubungan reaksi emosi dengan tindakan atau perilaku denfensif, dan meningkatkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif. Secara khusus tujuannya adalah meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara konstruktif, meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau social.
Di samping itu tujuan rehabilitasinya adalah meningkatkan ketrampilan ekspresi diri, social, meningkatkan kepercayaan diri, empati, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemecahan masalah.

3.      Karakteristik Pasien
Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka karakteristik klien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah keperawatan seperti resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, perilaku kekerasan, defisit perawatan diri, isolasi social, dan perubahan persepsi sensori.

4.      Landasan Teori
a.       Model Terapi Aktivitas Kelompok
-          Focal conflic model
Dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari dan berfokus pada kelompok individu. Tugas leader adalah membantu kelompok memahami konflik dan membantu penyelesaian masalah. Misal ; adanya perbedaan pendapat antar anggota, bagaimana masalah ditanggapi anggotadan leader mengarahkan alternatif penyelesaian masalah.
-          Model komunikasi
Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip komunikasi, bahwa tidak efektifnya komunikasi akan membawa kelompok menjadi tidak puas. Tujuan membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal dan social anggota kelompok.  Tugas leader adalah memfasilitasi komunikasi yang efektif antar anggota dan mengajarkan pada kelompok bahwa perlu adanya komunikasi dalam kelompok, anggota bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan, komunikasi pada semua jenis : verbal, non verbal, terbuka dan tertutup, serta pesan yang disampaikan harus dipahami orang lain.
-          Model interpersonal
Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui hubungan interpersonal dalam kelompok. Pada model ini juga menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist bekerja dengan individu dan kelompok, anggota belajar dari interaksi antar anggota dan terapist. Melalui proses ini, tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari.
-          Model psikodrama
Dengan model ini dapat memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu, sesuai peran yang diperagakan. Anggota diharapkan dapat memainkan peran sesuai peristiwa yang pernah dialami.

b.      Metoda
-          Kelompok didaktik
-          Kelompok social terapeutik
-          Kelompok insipirasi represif
-          Psikodrama
-          Kelompok interaksi bebas

c.       Fokus Terapi Aktivitas Kelompok
-          Orientasi realitas
Maksudnya adalah memberikan terapi aktivitas kelompok yang mengalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Tujuan adalah klien mampu mengidentifikasi stimulus internal (pikiran, perasaan, sensasi somatic) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar), klien dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan, pembicaraan klien sesuai realitas, klien mampu mengenal diri sendiri dan klien mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat. Karakteristik klien : gangguan orientasi realita (GOR), halusinasi, waham, ilusi dan depersonalisasi yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain, klien kooperatif, dapat berkomunikasi verbal dengan baik, dan kondisi fisik dalam keadaan sehat.

-          Sosialisasi
Maksudnya adalah memfasilitasi psikoterapist untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan iden dan tukar persepsi dan menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan. Tujuan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberikan tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal. Karakteritistik klien : kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan, sering berada di tempat tidur, menarik diri, kontak social kurang, harga diri rendah, gelisah ,curiga, takut dan cemas, tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan, dan dapat membina trust, mau berinteraksi dan  sehat fisik.

-          Stimulasi persepsi
Maksudnya adalah membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, stimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku mal adaptif. Tujuan meningkatkan kemampuan orientasi realita, memusatkan perhatian, intelektual, mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain dan mengemukakan perasaannya. Karakteristik klien : gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai – nilai, menarik diri dari realita, inisiati atau ide – ide yang negatif, kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mengikuti kegiatan.




-          Stimulasi sensori
Maksudnya adalah menstimulasi sensori pada klien yang mengalami kemunduran sensoris. Tujuan meningkatkan kemampuan sensori, memusatkan perhatian, kesegaran jasmani, dan mengekspresikan perasaan.

-          Penyaluran energi
Maksudnya adalah untuk menyalurkan energi secara konstruktif. Tujuan menyalurkan energi dari destruktif menjadi konstruktif, mengekspresikan perasaan dan meningkatkan hubungan interpersonal.

d.      Tahap – tahap dalam terapi aktivitas kelompok.
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
  1. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.
  1. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau kebersamaan.
-          Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing, dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
-          Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi.

-          Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya.

  1. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan negatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
  1. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

e.       Peran Perawat dalam terapi aktivitas kelompok.
  1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
  2. Sebagai leader dan co leader
  3. Sebagai fasilitator
  4. Sebagai observer
  5. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan

5.      Pelaksanaan
Pelaksanaan dan uraian kegiatan sesuai macam terapi aktivitas kelompok dapat dilihat pada lampiran – lampiran.

6.      Penutup
Demikian proposal ini dibuat dalam meningkatkan peran dan fungsi perawat professional dalam menangani klien dengan masalah gangguan jiwa dalam bentuk terapi aktivitas kelompok. Semoga bermanfaat bagi rekan – rekan seprofesi atau tim kesehatan lainnya.

Lampiran 1.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) :
SOSIALISASI (Sesi I dan II)
v  Jenis kegiatan : Mengoperkan bola
v  Kriteria klien :
1.      Isolasi sosial yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil
2.      Sehat secara fisik
v  Alat/media :
1.      Tape recorder
2.      Kaset
3.      Bola tennis

I.                   Fase Orientasi

v  Salam terapeutik
v  Kontrak :
-          waktu : 45 menit
-          tempat : Ruang Melati RSK Prov. Kalimantan Barat
-          Topik   : cara memperkenalkan diri kepada orang lain
v  Tujuan aktivitas : klien dapat menyebutkan jati dirinya, klien dapat mempraktekkan cara berkenalan dangan orang lain.
v  Aturan main :
1.      Setiap peserta harus mengikuti permainan dari awal sampai dengan akhir
2.      Bila ingin ke kamar kecil harus seijin pemimpin TAK.

II.                Fase Kerja

1.      Hidupkan kaset pada tape recorder
2.      Edarkan bola tennis berlawanan dengan araj jarum jam
3.      Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola tennis mendapat giliran untuk menyebutkan : salam, nama lengkap, nama panggilan yang disenangi, asal, dan hobi. Dimulai oleh terapist sebagai contoh.
4.      Tulis nama panggilan pada kerta dan tempelkan pada baju.



5.      Ulangi nomor 1 dan 2 sampai semua anggota mendapat giliran
6.      Beri pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan memberi tepuk tangan.
7.      Hidupkan kembali kast pada rape recorder.
8.      Edarkan bola tennis
9.      Pada saat tape dimatikan, minta pada klien  yang memegang bola tennis untuk mempraktekkan cara berkenalan dengan anggota lain yang terpilih yaitu : salam, nama lengkap, nama panggilan yang disenangi, asal, dan hobi. Dimulai oleh terapist sebagai contoh :
10.  Ulangi no. 7 sampai 9 sampai semua klien mendapat giliran.
11.  Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk     tangan.

A.                Fase Terminasi

v  Evaluasi :
1.       Pemimpin TAK mengeksplorasikan perasaan anggota kelompok setelah memperkenalkan diri. Contoh : “Bagaimana perasaannya setelah mengikuti kegiatan hari ini?”
2.       Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada anggota kelompok
3.       Pemimpin TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba mengenalkan diri pada orang lain dalam kehidupan sehari – harinya.
v  Kontrak yang akan datang :
-          waktu : 45 menit
-          tempat : Ruang Melati RSK Prov. Kalimantan Barat
-          topik/kegiatan : memperkenalkan diri
v  Hasil yang diharapkan :
75 % anggota kelompok mampu mempekenalkan diri : salam, nama lengkap,nama panggilan, asal dan hobi.


- KRITERIA EVALUASI

Presentasi jumlah klien yang mengikuti kegiatan sesuai dengan yang direncanakan:
No
Aspek yang dinilai
Nama Klien








1
Menyebutkan identitas dirinya








2
Mampu menyebutkan identitas klien lain









3




Mampu berespon terhadap klien lain dengan Mendengarkan klien lain yang sedang berbicara









4
Klien mampu menterjemahkan perintah permainan








5
klien mampu mengikuti aturan main yang telah ditentukan









a.    75% dari jumlah klien mampu menyebutkan identitas dirinya
b.    75% dari jumlah klien mampu menyebutkan identitas klien lain
c.    75% dari jumlah klien mampu bersepon terhadap klien lain dengan mendengarkan klien lain yang sedang berbicara
d.   70% dari jumlah klien mampu menterjemahkan perintah permainan
e.    70% dari jumlah klien mampu mengikuti aturan main yang telah ditentukan
f.     70% dari jumlah klien mau mengemukakan pendapat tentang terapi aktifitas kelompok yang dilakukan



























RENCANA PELAKSANAAN

a.       Kriteria klien yang mengikuti terapi TAK di ruang Melati antara lain Klien menarik diri yang sudah mulai berinteraksi dengan beberapa klien lain
  1. Peserta : berjumah.... orang.
  2. Masalah Keperawatan
a.       Isolasi sosial
  1. Persiapan
a.       Analisa Situasi
1). Waktu Pelaksanaan
     Hari/Tanggal               : Rabu, 1 Agustus 2012
      Waktu                         : Pk.09.00 – 10.15 WIB
      Alokasi Waktu            : Perkenalan dan pengarahan (10 menit)
  Ekpress feeling (15 menit)
  Penutup (5 menit)
2). Jumlah Perawat
      Mahasiswa PSIK        : 11 Orang
      Pembimbing                : 1 Orang
3). Pembagian Tugas
      Leader                         : Elly Marce Titilahawa
      Co-Leader                   : Dian Septiani
      Observer                      : Ryan Borneowanto & M. Daen Chandra
      Fasilitator                    : 1. Rina Jumiati
                                             2. Defa Arisandi
                                             3. Fikri Nuerwianto
                                             4. Nurhayati Randa
                                             5. Nurika Damayanti
                                             6. Ryan Sardi
                                             7. Alhadrianto
                                            
                                         
  1. Antisipasi Masalah
a.       Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok :
-          Memanggil klien
-          Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau klien yang lain
b.      Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit :
-          Panggil nama klien
-          Tanya alasan klien meninggalkan permainan
-          Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi
c.       Bila ada klien lain ingin ikut :
-          Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah dipilih
-          Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti oleh klien tersebut
-          Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi peran pada permainan tersebut.













PEMBAHASAN
HASIL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ( TAK )

NO
ASPEK YANG DI NILAI
HASIL ANALISIS PROSES TAK
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Memperkenalkan diri / menyebutkan identitas diri
A
B
A
A
A
A
A
A
2
Berkenalan dengan teman 
A
B
A
A
A
A
B
A
3
Mampu berespon terhadap klien yang lain dengan mendengarkan klien yang sedang berbicara
A
A
A
A
A
A
A
A
4
Klien mampu menterjermahkan perintah permainan
A
B
A
A
A
A
A
A
5
Klien mampu mengikuti aturan main yang telah ditentukan
A
B
A
A
A
A
A
A

Keterangan :
A   :     Baik                            B   :     Kurang                       C   :     Tidak bisa

Nama peserta TAK :
1.      Suleha                                     5.   Reni
2.      Lui su nai                    6.   Muharyani
3.      Susanti                        7.   Rovida
4.      Desi                             8.   Umi





Pembahasan :
Peserta TAK merupakan pasien dengan diagnosa keperawatan isolasi sosial. Pasien berjumlah 8 orang sesuai dengan yang sudah direncanakan, dan 1 orang pasien ikut dalam TAK tetapi bukan dengan diagnosa keperawatan isolasi sosial, sehingga tidak dimasukan kedalam analisis hasil TAK.
Semua peserta yang berjumlah 8 orang, 7 diantaranya bisa dengan baik memperkenalkan diri, kecuali pasien yang bernama lui su nai yang berusaha tidak mau memperkenalkan diri, tetapi setelah di motivasi dan di bantu oleh perawat, maka pasien tersebut bisa memperkenalkan diri.
6 dari 8 pasien bisa berkenalan dengan teman 1 orang, sedangkan lui su nai dan rovida membutuhkan motivasi dan dorongan dari perawat untuk berkenalan.
Pasien yang berjumlah 8 orang semuanya bisa mengikuti jalannya TAK dengan baik dan mematuhi peraturan yang telah di sampaikan oleh perawat. Semua peserta TAK juga bisa menyimak dan mendengarkan saat perawat atau temannya berbicara.
Dengan demikian kesimpulan secara umum hasil TAK baik, dan bisa mencapai target yang direncanakan oleh kelompok yaitu dengan nilai 75 %. Dan semua peserta TAK dengan diagnosa keperawatan isolasi sosial bisa dilanjutkan ke fase TAK selanjutnya (sesi 3) yaitu berkenalan dengan lebih dari 2 orang teman.