Jumat, 21 Februari 2014

standar operasional hecting


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR HECTING
NAMA                  :
NIM                       :
TANGGAL            :

NO
PROSEDUR
NILAI
4
3
2
1
1.






















PERSIAPAN ALAT :
·      Spuit 5 cc
·      Kapas Alkohol 70%
·      Lidokain 1%
·      Pengalas
·      Kasa steril
·      Gunting benang
·      Nalpoeder
·      Pinset anatomis
·      Korentang
·      Jarum kulit
·      Jarum otot (bila perlu)
·      Benang kulit (side)
·      Benang otot/ catgut(bila perlu)
·      Nierbekken (bengkok)
·      Larutan antiseptik/ garam faal
·      Kom
·      Sarung tangan steril
·      Waskom berisi larutan chlorine 0,5 %

PERSIAPAN PASIEN DAN PERAWAT :
·      Memberitahu klien tindakan yang akan dilakukan
·      Memasang sampiran/penutup/tirai
·      Mengatur posisi klien senyaman mungkin
·      Mencuci tangan dengan sabun dan di air mengalir, kemudian keringkan dengan handuk bersih atau hand dryer.
·      Memasang perlak dan pengalasnya






2.
PROSEDUR TINDAKAN :
·      Memakai sarung tangan
·      Mengkaji luka, kedalaman, luasnya dan keadaan luka
·     Membersihkan luka dengan larutan antiseptik atau larutan garam faal. Gunakan kassa terpisah untuk setiap usapan, membersihkan luka dari area yang kurang terkontaminasi ke area lebih bersih.
·      Menyiapkan injeksi lidokain 1 %.
·     Lakukan desinfeksi pada ujung luka / daerah yang akan disuntik dengan menggunakan alkohol 70% secara sirkuler dengan diameter kerang lebih 5 cm
·      Menyuntikan lidokain secara sub cutan di sekitar tepi luka.
·     Melakukan aspirasi, apabila tidak ada darah masukan lidokain secara perlahan-lahan sambil menarik jarum dan memasukan obat sepanjang tepi luka. Lakukan pada tepi luka yang lainnya.
·      Tunggu 2 menit agar lidokain berreaksi
·      Sambil menungu reaksi obat, siapkan nalpoeder, jarum dan benang.
·      Uji reaksi obat dengan menggunakan pinset
·     Jahit luka kurang lebih 1 cm diatas ujung luka dan ikat, gunting benang sisakan  kira-kira 1 cm. jahit satu persatu dengan jarak jahitan satu dengan yang lainnya kurang lebih 1 cm,
·      Teruskan sampai semua luka terjahit.
·      Berikan antiseptik pada luka
·      Tutup luka dengan kassa steril dan rekatkan dengan plester
·      Rapikan pasien
·      Bereskan alat
·     Buka sarung tangan dan rendam dalam larutan chlorin 0,5% bersama alat-alat lainnya selama 10 menit
·      Cuci tangan






BOBOT PENILAIAN :
Nilai 1                    : Tidak Dilakukan (25%)
Nilai 2                    : Dilakukan Salah (50%)
Nilai 3                    : Dilakukan Kurang Tepat (75%)
Nilai 4                    : Dilakukan dengan Sempurna (100%)

Lampiran :
DOKUMENTASI TINDAKAN :
NO
TANGGAL
JAM
DIAGNOSA KEP
IMPLEMENTASI (DAR)
PARAF & NAMA



















Sasaran MDGS


Sasaran Pembangunan Milenium
Sasaran Pembangunan Milenium (bahasa Inggris : Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000 tersebut.
Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan.  
Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.
Sasaran
Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000 menyetujui agar semua negara:
1.Memberantas kemiskinan dan kelaparan
Pendapatan populasi dunia sehari $1.
Menurunkan angka kemiskinan.
2.Mencapai pendidikan untuk semua
Setiap penduduk dunia mendapatkan pendidikan dasar.

3.Mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan
Target 2005 dan 2015: Mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender dalam pendidikan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005 dan untuk semua tingkatan pada tahun 2015.
4.Menurunkan angka kematian anak
Target untuk 2015 adalah mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun.
Target untuk 2015 adalah Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses melahirkan.
5.Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya
Target untuk 2015 adalah menghentikan dan memulai pencegahan penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya.
6.Memastikan kelestarian lingkungan hidup
Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam kebijakan setiap negara dan program serta mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan.
Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat.
Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai pengembangan yang signifikan dalam kehidupan untuk sedikitnya 100 juta orang yang tinggal di daerah kumuh.
7.Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik, pembangungan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan internasional.
Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang berkembang, dan kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan kepulauan-kepulauan kecil. Ini termasuk pembebasan-tarif dan -kuota untuk ekspor mereka; meningkatkan pembebasan hutang untuk negara miskin yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan menambah bantuan pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan.
Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang negara-negara berkembang.
Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang dengan masalah hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang.
Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum muda.
Dalam kerja sama dengan pihak "pharmaceutical", menyediakan akses obat penting yang terjangkau dalam negara berkembang
Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi.
Sasaran Pembangunan Milenium Indonesia
Setiap negara yang berkomitmen dan menandatangani perjanjian diharapkan membuat laporan MDGs. Pemerintah Indonesia melaksanakannya dibawah koordinasi Bappenas dibantu dengan Kelompok Kerja PBB dan telah menyelesaikan laporan MDG pertamanya yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan rasa kepemilikan pemerintah Indonesia atas laporan tersebut. Laporan Sasaran Pembangunan Milenium ini menjabarkan upaya awal pemerintah untuk menginventarisasi situasi pembangunan manusia yang terkait dengan pencapaian sasaran MDGs, mengukur, dan menganalisa kemajuan seiring dengan upaya menjadikan pencapaian-pencapaian ini menjadi kenyataan, sekaligus mengidenifikasi dan meninjau kembali kebijakan-kebijakan dan program-program pemerintah yang dibutuhkan untuk memenuhi sasaran-sasaran ini. Dengan tujuan utama mengurangi jumlah orang dengan pendapatan dibawah upah minimum regional antara tahun 1990 dan 2015, Laporan ini menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam jalur untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, pencapaiannya lintas provinsi tidak seimbang.
Kini MDGs telah menjadi referensi penting pembangunan di Indonesia, mulai dari tahap perencanaan seperti yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) hingga pelaksanaannya. Walaupun mengalamai kendala, namun pemerintah memiliki komitmen untuk mencapai sasaran-sasaran ini dan dibutuhkan kerja keras serta kerjasama dengan seluruh pihak, termasuk masyarakat madani, pihak swasta, dan lembaga donor. Pencapaian MDGs di Indonesia akan dijadikan dasar untuk perjanjian kerjasama dan implementasinya di masa depan. Hal ini termasuk kampanye untuk perjanjian tukar guling hutang untuk negara berkembang sejalan dengan Deklarasi Jakarta mengenai MDGs di daerah Asia dan Pasifik.
Kontroversi
Upaya Pemerintah Indonesia merealisasikan Sasaran Pembangunan Milenium pada tahun 2015 akan sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga harus menanggung beban pembayaran utang yang sangat besar. Program-program MDGs seperti pendidikan, kemiskinan, kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan membutuhkan biaya yang cukup besar. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, per 31 Agustus 2008, beban pembayaran utang Indonesia terbesar akan terjadi pada tahun 2009-2015 dengan jumlah berkisar dari Rp97,7 triliun (2009) hingga Rp81,54 triliun (2015) rentang waktu yang sama untuk pencapaian MDGs. Jumlah pembayaran utang Indonesia, baru menurun drastis (2016) menjadi Rp66,70 triliun. tanpa upaya negosiasi pengurangan jumlah pembayaran utang Luar Negeri, Indonesia akan gagal mencapai tujuan MDGs.
Menurut Direktur Eksekutif International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) Don K Marut Pemerintah Indonesia perlu menggalang solidaritas negara-negara Selatan untuk mendesak negara-negara Utara meningkatkan bantuan pembangunan bukan utang, tanpa syarat dan berkualitas minimal 0,7 persen dan menolak ODA (official development assistance) yang tidak bermanfaat untuk Indonesia . 
Menanggapi pendapat tentang kemungkinan Indonesia gagal mencapai tujuan MDGs apabila beban mengatasi kemiskinan dan mencapai tujuan pencapaian MDG di tahun 2015 serta beban pembayaran utang diambil dari APBN di tahun 2009-2015, Sekretaris Utama Menneg PPN/Kepala Bappenas Syahrial Loetan berpendapat apabila bisa dibuktikan MDGs tidak tercapai di 2015, sebagian utang bisa dikonversi untuk bantu itu. Pada tahun 2010 hingga 2012 pemerintah dapat mengajukan renegosiasi utang. Beberapa negara maju telah berjanji dalam konsesus pembiayaan (monetary consensus) untuk memberikan bantuan. Hasil kesepakatan yang didapat adalah untuk negara maju menyisihkan sekitar 0,7 persen dari GDP mereka untuk membantu negara miskin atau negara yang pencapaiannya masih di bawah. Namun konsensus ini belum dipenuhi banyak negara, hanya sekitar 5-6 negara yang memenuhi sebagian besar ada di Skandinavia atau Belanda yang sudah sampai 0,7 persen.

  
Referensi

Malaria Di Indonesia


MALARIA DI INDONESIA

PENDAHULUAN
Malaria masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Lebih dari setengah penduduk Indonesia masih hidup di daerah dimana terjadi penularan malaria, sehingga berisiko tertular malaria.
Perpindahan penduduk dan arus transportasi yang cepat, penderita malaria dapat dijumpai di daerah yang sebelumnya tidak ditemukan kasus malaria. Banyak diantara penderita malaria meninggal karena tidak pastinya diagnosa dan terlambat atau salah pengobatan.
Setiap tenaga kesehatan (dokter, perawat, laboratorist, dll) perlu memahami penyakit malaria, mampu mengenali, menangani, merawat, mengetahui komplikasi serta dapat menjadi role model bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakatnya.

SEJARAH PEMBERANTASAN MALARIA DI INDONESIA
Abad 19 :
1852 – 1854    : Laporan tentang adanya wabah malaria di Cirebon

Abad 20 :
Sebelum 1925 : Jakarta dan kawasan Pantura Jawa merupakan daerah endemikmalaria.
1919 -1927     :  Pemberantasan malaria dengan perbaikan sanitasi lingkungan serta pengobatan dengan kina. Dibentuk Biro Malaria Pusat yang bersama Dinas Pekerjaan Umum mengadakan pembasmian malaria dengan pengaturan irigasi dan pengaturan saluran air (drainase).
1945- PPD II : Uji coba penggunaan DDT.
1951 – 1959   : Pemberantasan dengan mengunakan insektisida.
1958           : 18 juta pddk dapat dilindungi dari serangan malaria dengan penyemprotan DDT pada rumah2 pddk.
1959 – 1968  : Kebijakan WHO, pemberantasan ditingkatkan menjadi pembasmian malaria.
1970       : Indonesia, diikuti dengan pembentukan organisasi vertikal khusus, KOPEM (Komando Operasi Pembasmian Malaria)
1965          : Puncak kegiatan KOPEM, pddk Jawa, Bali, Lampung terlindungi dari malaria dengan indikator Slide Positivity Rate (SPR) sebesar 0,15 %. Pada tahun yang sama terjadi kemunduran karena pertikaian politik.
1968                : SPR meningkat menjadi 0,52 % - 4,4 %
1973                : API dan SPR meningkat menjadi 4,7 %
1992             : DDT tidak boleh di pakai lagi, surveilans ditingkatkan dengan meningkatkan PSM dan lintas sektoral disertai pengobatan kasus malaria dan pemberantasan jentik dengan penanganan lingkungan.
Sekarang………………………?

VEKTOR MALARIA
Nyamuk anofeles di Indonesia berjumlah lebih dari 80 spesies, 24 diantaranya dapat menularkan malaria. Semua vektor mempunyai kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Seperti An. Sundaicus dan An. Subpictus hidup di air payau pada tingkat salinitas tertentu, An. Aconitus hidup di air sawah, An. Maculatus hidup di air bersih di pegunungan, An. Punctulatus  dan An. Farauti hidup di genangan air yang dapat sinar matahari.
Kehidupan nyamuk sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan yang ada seperti; suhu, kelembaban, hujan, ketinggian, angin, sinar matahari, arus air, dan kadar garam. Tingginya penularan tergantung dari :
1.      Densitas vektor
2.      Frekuensi gigitan
3.      Lamanya hidup vektor
4.      Lamanya siklus sporogoni
5.      Angka sporozoit (parasit yang hidup dalam kelenjar liur nyamuk)
6.      Adanya reservoir parasit (manusia yang mempunyai parasit dalam darah)

MALARIA DI  JAWA – BALI
Sebagian besar daerah Jawa-Bali bebas dari penularan malaria. Tahun 1997 terjadi peningkatan penularan malaria. Terjadi peningkatan API di beberapa daerah di Jawa-Bali. Menetapnya transmisi malaria di beberapa daerah Jawa-Bali mungkin disebabkan :
1.      Adanya daerah perindukan yang ideal untuk An. Maculatus dan An. Balabacensis, yakni genangan air yang terbentuk di sepanjang sungai dan sekitarnya pada perbukitan di dalam hutan yang ada penduduknya serta An. Aconitus, yakni persawahan di lereng bukit yang ditanami terus menerus.
2.      Berkurangnya kepaatan hewan, nyamuk lebih banyak menggigit manusia.
3.      Resistensi nyamuk terhadap insektisida.
4.      Resistensi parasit terhadap klorokuin
5.      Impor malaria dari luar Jawa – Bali/kurangnya kewaspadaan petugas kesehatan pada daerah receptive.
6.      Upaya pemberantasan yang belum komprehensif dan kurangnya supervisi pada daerah yang sulit.

MALARIA DI LUAR JAWA – BALI
Pemberantasan malaria dilakukan secara selektif di daerah prioritas, yakni daerah transmigran baru, pembangunan sosial-ekonomi dan perbatasan. Selain itu dilakukan juga pengobatan malaria melalui fasilitas puskesmas dan RS.

PENYEBARAN RESISTENSI OBAT MALARIA
Melalui pemeriksaan baik dengan in vivo maupun in vitro meunjukkan resistensi p. falciparum terhadap klorokuin. Lebih mengkhawatirkan lagi ternyata p. vivax resisten terhadap klorokuin.

TUJUAN PEMBERANTASAN
Umum
Meurunnnya angka kematian dan mencegah terjadinya KLB serta sedapat mungkin menurunkan angka kesakitan dan mempersempit daerah penularan.

Khusus
1.      Mempertahankan angka malaria di Jawa-Bali dan Pulau Bintan-Karimun kurang 0,1 per 100 penuduk.
2.      Menurunkan PR 2 % di desa prioritas di luar setelah Jawa-Bali setelah diintervensi 3 tahun berturut-turut.
3.      Menurunkan kematian akibat malaria.

KEBIJAKSANAAN
1.      Upaya pemberantasan dilakukan secara selektif dengan pertimbangan rasional, efesien, substainable, acceptable dan affordable (REESAA).
2.      Upaya pemberantasan malaria dilakukan secara optimal melalui peningkatan kerjasama lintas sektor dan peran serta mayarakat.
3.      Desentralisasi pengambilan keputusan upaya pemberantasan malaria ketingkat Kabupaten dan Puskesmas sebagai ujung tombak.
4.      Upaya pemberantasan malaria dilakukan secara integratif dengan memanfaatkan sumber daya kesehatan yang tersedia sampai di Puskesmas.
5.      Upaya pemberantasan diprioritaskan pada upaya pencegahan dan promotif termasuk mengurangi kematian dan timbulnya KLB.
6.      Unit pemberantasan malaria dilakukan pada tingkat desa atau setingkat desa.

STRATEGI
1.      Penanganan penderita malaria dilakukan secara dini dan segera.
2.      Pemberantasan vektor dilakukan secara selektif dengan mengutamakan kerjasama lintas sektor dan peran serta masyarakat dengan memasyarakatkan penggunaan kelambu dan penanganan tempat perindukan nyamuk penular malaria dengan pengelolaan lingkungan (enviroment management)
3.      Penceghan dan penanggulangan KLB secara dini dengan meningkatkan kewaspadaan melalui SKD-KLB ditingkat Puskesmas dan Kabupaten dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan kegiatan pemberantasan malaria.

malaria


Malaria

Malaria diketahui sejak lama. Pada tahun1880 Charles Louis Alphonse Laveran menemukan bentuk pisang/gametosit dalam darah seorang penderita malaria. Dalam perkembangan ilmu kesehatan selanjutnya, diketahui malaria ditularkan o/ nyamuk (Ross 1897) yang terdapat dirawa-rawa.
Malaria memiliki gejala klinis yang khas dan mudah dikenal karena demam yang naik turun (periodisiter), disertai menggigil, kelainan limpa (splenomegali) dengan limpa membesar dan keras (demam kura).
Sepintas, infeksi yang diakibatkan o/ penyakit malaria dapat disederhanakan sebagai sel darah merah (eritrosit) yang terinfeksi parasit plasmodium dengan komplikasi-komplikasi yang ditimbulkannya.
Parasit malaria termasuk Genus Plasmodium, Phylum Protozoa Apicomplexa, Kelas Sporozoa, Subkelas Coccidiida, Ordo Eucoccidides, Subordo Haemosporina.
Ada lebih dari 100 spesies genus plasmodia yang ditemukan pada pada darah reptil, burung dan mamalia. Pada manusia dikenal 4 spesies yang menyebabkan malaria pada manusia dengan sifat yang berbeda-beda menurut spesies yang menginfeksinya.
-         Plasmodium Vivax (Tertiana)
-         Plasmodium Falciparum
-         Plasmodium malariae (Quartana)
-         Plasmodium Ovale
Pada kera ditemukan spesies-spesies parasit malaria yang hampir sama dengan parasit yang menginfeksi pada manusia.
-         Plasmodium Cynomologi = P. Vivak
-         Plasmodium Knowlesi = P. Falciparum + P. Malariae
-         Plasmodium Brasilianum pada kera di amerika selatan dan P. Rhodhaini pada chimpanse diafrika = P. Malariae.
Daur hidup ke-4 spesies malaria pada manusia umumnya sama.
Proses ini terdiri dari fase Seksual Eksogen (Sporogoni) didalam badan nyamuk Anopheles/invertebrata dan fase Aseksual (Skizogoni) dalam hospes vertebrata.

Fase Aseksual mempunyai 2 daur ;
1.    Daur eritrosit dalam darah (Skizogoni eritrosit)
2.    Daur dalam sel perenkim Hati (Skizogoni Eksoeritrosit) atau stadium jaringan dengan
a.     Skizogoni Praeritrosit (Skizogoni Eksoeritrosit Primer) setelah sporozoit masuk kedalam hati.
b.    Skizogoni Eksoeritrosit Skunder yang berlangsung dalam hati.

Pada infeksi malaria menunjukan bahwa ada 2 populasi sporozoit yang berbeda.
·       Sporozoit yang secara langsung mengalami pertumbuhan, dimana hanya terdapat sporozoit yang tetap hidup sesudah itu daur dalam hati tidak berlanjut. Artinya hanya terjadi satu generasi aseksual dalam hati sebelum daur dalam darah dimulai. (P. Falciparum+ P. Malariae).
·       Sporozoit yang tetap hidup selama periode tertentu (Hipnozoit) sampai menjadi aktif kembali dan mengalami fase skizogoni. Dimana daur eksoeritrosit berlangsung terus menerus hingga bertahun-tahun melengkapi perjalanan penyakit yang berlangsung lama (bila tidak diobati) disertai banyak Relaps. (P. Vivak+ P. Ovale).

PARASIT DALAM HOSPES VERTEBRATA/Hospes perantara
(Proses Skizogoni)

Bila nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit malaria dalam kelenjar liurnya menusuk hospes dan Sporozoit yang berada didalam air liurnya masuk kedalam kulit → dalam darah → sel hati dan berkembang biak.
Didalam sel hati, inti parasit membelah diri berulang-ulang. Inti parasit ini dikelilingi oleh sitoplasma yang ikut membelah diri menjadi beribu-ribu buah jumlahnya → merozoit.
Akhirnya sel hati (skizon hati) pecah. Merozoit keluar dan masuk keperedaran darah. Sebagian besar menyerang eritrosit (tipe primer), sebagian tetap dihati →Hipnozoit (tipe skunder), berkembang dan menghasilkan relaps infeksi eritrositik, dan sebagian lagi dapat difagositosis oleh sistem pertahanan tubuh.
Pada P. Vivak dan P. Ovale sporozoit yang menjadi hipnozoit setelah beberapa waktu dapat menjadi aktif. Proses ini dianggap penyebab timbulnya Relaps jangka panjang atau Rekurens.
Pada P. Falciparum dan P. Malariae tidak mengalami proses hipnozoit dalam sinosoid hati (skizogoni eksoeritrosit).

FASE ASEKSUAL dalam darah
Waktu permulaan infeksi sampai parasit malaria ditemukan dalam darah tepi disebut masa pra-paten.
Merozoit yang dilepas oleh skizon jaringan (skizon hati) mulai menyerang eritrosit. Stadium awal/parasit muda didalam sel darah merah eritrosit disebut bentuk cincin, kemudian tumbuh menjadi stadium muda yang disebut Tropozoit. Setelah masa pertumbuhan, parasit tersebut berkembang biak secara aseksual didalam eritrosit melalui proses pembelahan inti dan sitoplasma. Ini disebut Skizogoni.
Skizon dalam eritrosit setelah mengalami pertumbuhan menjadi matang. Ini disebut Merozoit.
Setelah proses skizogoni selesai, eritrosit pecah dan merozoit dilepas kealiran darah (sporulasi), kemudian merozoit memasuki eritrosit baru dan generasi lain dibentuk dengan cara yang sama.

FASE SEKSUAL dalam darah
Setelah 2 atau 3 generasi merozoit terbentuk, sebagian merozoit tumbuh menjadi bentuk seksual. Proses ini disebut Gametogeni (Gametositosis). Stadium ini disebut Gametosit.
Bentuk seksual ini terjadi karena inti dan sitoplasma parasit tidak membelah/ tidak membentuk merozoit.
Pada P. Falciparum bentuknya seperti sabit/pisang bila sudah matang.
Pada spesies lain bentuknya bulat.
Gametosit betina → Makrogametosit
Gametosit jantan → Mikrogametosit

PARASIT DALAM HOSPES INVERTEBRATA/Hospes definitif
(Proses Sporogoni)

Proses Eksflagelasi
Bila nyamuk betina menghisap darah hospes manusia yang mengandung parasit malaria, parasit aseksual yang akan dicerna bersama eritrosit. Tetapi, parasit seksual (dalam bentuk gametosit) dapat tumbuh terus didalam tubuh nyamuk.
Inti mikrogametosit membelah diri menjadi 4-8, dengan masing-masing menjadi bentuk panjang seperti benang.
Didalam tubuh nyamuk, makrogametosit membentuk tonjolan-tonjolan kecil sebagai tempat masuknya mikrogamet sehingga pembuahan dapat berlangsung. Hasil pambuahan ini disebut Zigot.
Sporogoni
Zigot berkembang dari bentuk bulat tak bergerak menjadi bentuk panjang dan dapat bergerak yang disebut Ookinete. Kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan berkembang menjadi Ookista.
Ookista semakin membesar yang berisikan inti-inti yang membelah diri menjadi banyak. Inti-inti yang membelah diri ini adalah Sporozoit.
Kemudian Ookista ini pecah, ribuan sporozoit yang berada didalamnya dilepas dan bergerak dalam rongga badan nyamuk untuk mencapai kelenjar liur dan siap untuk ditularkan.

CARA INFEKSI
Terdapat 3 stadium parasit yang berpotensi invasif, yaitu Sporozoit, Merozoit dan Ookinete.
Waktu antara nyamuk menghisap darah yang mengandung gametosit sampai mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya disebut masa tunas ekstrinsik.
Infeksi dapat terjadi dengan 2 cara ;
1.     Secara Alami : yaitu melalui vektor, bila sporozoit dimasukan kedalam badan manusia dengan tusukan nyamuk.
2.     Secara Induksi : yaitu bila stadium aseksual dalam eritrosit secara tidak sengaja masuk kedalam badan manusia melaui darah. Misalnya ; tranfusi, suntikan atau kongenital.

GEJALA KLINIS
Ada 3 karakteristik utama pada infeksi malaria.

Demam
Pada infeksi malaria, demam secara periodik berhubungan dengan waktu pecahnya sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoit yang masuk kealiran darah (sporulasi).
Pada malaria p. Vivak dan p. Ovale (tersiana), skizon setiap kelompok menjadi matang setiap 48 jam sehingga periodesitas demamnya bersifat tersier.
Pada malaria kwartana (p. Malariae), hal ini terjadi dalam interval 72 jam.
Setiap serangan terdiri atas beberapa serangan demam yang timbul secara periodik bersamaan dengan sporulasi.
Timbulnya demam dan beratnya infeksi yang ditimbulkan juga tergantung kepada jumlah parasit.
Demam biasanya bersifat intermiten (febris intermitens0, remiten (febris remitens), atau terus menerus (febris kontinua).
Serangan demam malaria biasanya dimulai dengan gejala prodromal yaitu lesi, sakit kepala, tidak napsu makan kadang-2 disertai mual dan muntah.
Serangan demam malaria yang khas terdiri dari beberapa stadium :
1.     Stadium menggigil dimulai dengan perasaan dingin sekali. Nadinya cepat tetapi lemah, bibir dan jari tangan membiru, kulit kering dan pucat, kadang-2 disertai muntah. Pada anak sering terjadi kejang-2. Stadium ini berlangsung antara 15 menit hingga 1 jam.
2.     Stadium puncak demam dimulai pada saat perasaan dingin sekali berubah menjadi panas sekali. Muka menjadi merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala semakin hebat, biasanya ada mual dan muntah, nadi penuh dan berdenyut keras. Perasaan haus sekali pada saat suhu tubuh naik sampai 41°C (106°F) atau lebih. Stadium ini berlangsung selama 2 sampai 6 jam.
3.     Stadium berkeringat dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempat tidurnya basah. Suhu turun dengan cepat, kadang-2 sampai dibawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan saat bangun berasa lemah tetapi sehat. Stadium ini berlangsung 2 sampai 4 jam.
Serangan  demam yang khas ini sering dimulai pada siang hari dan berlangsung selama 8-12 jam. Setelah itu terjadi Stadium Apireksia. Lamanya serangan ini untuk setiap spesies malaria berbeda.
Gejala infeksi yang timbul kembali setelah serangan pertama biasanya disebut Relaps. Relaps dapat bersifat :
a.     Rekrudesensi (relaps jangka pendek). Timbul karena parasit dalam darah (daur eritrosit) menjadi banyak.
b.     Rekurens (relaps jangka panjang). Timbul karena parasit daur eksoeritrosit dari hati masuk kedalam darah dan menjadi banyak.
Infeksi malaria juga dapat tidak menunjukan gejala diantara serangan pertama dan relaps. Keadaan ini disebut Periode laten klinis. Walaupun ada parasitemia dan gejala lain seperti splenomegali, sakit kepala dll.
Periode laten klinis ini terjadi bila parasit tidak ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati.
Serangan demam semakin lama makin berkurang beratnya karena tubuh menyesuaikan diri dengan adanya parasit dalam badan dan karena adanya respon imun.



Splenomegali
Pembesaran limpa merupakan gejala khas terutama pada infeksi manahun. Perubahan pada limpa biasanya disebabkan oleh kongesti, tetapi kemudian limpa berubah menjadi berwarna hitam karena pigmen yang ditimbun dalam eritrosit yang mengandung parasit dalam kapiler dan sinusoid.
Pada infeksi malaria manahun, jaringan ikat makin bertambah sehingga konsistensi limpa menjadi keras.
Splenomegali dapat dideteksi dalam 1 minggu dari mulainya gejala klinis.
Selama stadium akut, pembesaran biasanya sedang tetapi pada malaria kronis limpa dapat membesar sampai > 20 X ukuran normal.

Anemia
Pada malaria terjadi anemia. Derajat anemia tergantung pada spesies parasit penyebab malaria yang menginfeksinya.
Anemia tampak jelas pada infeksi p. Falciparum dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat serta pada malaria manahun.
Anemia disebabkan beberapa faktor :
1.       Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit yang terjadi dalam limpa (faktor autoimun sebagai pemegang peranan).
2.       Reduced survival time. (eritrosit normal yang tidak mengandung parasit yang tidak dapat hidup lama).
3.       Diseritropoesis. Gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang (retikulosit tidak dilepas dalam peredaran darah).

DIAGNOSIS
Peranan diagnosis laboratorium terutama sebagai penunjang penanganan klinis, berguna untuk :
a.     Untuk diagnosis pada kegagalan obat.
b.     Untuk penyakit berat dengan komplikasi.
c.      Untuk mendeteksi penyakit tanpa penyulit didaerah tidak stabil atau daerah dengan transmisi rendah. Ini sangat penting untuk daerah yang ada infeksi p. Falciparum dan p. Vivak karena pengobatannya berbeda.

KEKEBALAN PADA MALARIA
Kekebalan pada malaria merupakan suatu keadaan kebal terhadap infeksi dan berhubungan dengan proses-proses penghancuran parasit atau terbatasnya pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Pada malaria mungkin juga tedapat kekebalan alami (bawaan/genetik) dan kekebalan didapat.
Bawaan :
1.     Manusia tidak dpt diinfeksi oleh parasit malaria burung atau binatang pengerat.
2.     Orang negro diafrika barat relatif kebal terhadap P. Vivax o/ karena mempunyai golongan darah Duffy (-), mungkin Duffy (+) merupakan reseptor untuk P. Vivax.
3.     Orang dengan Hb S, Hb F, beta-thalassemia lebih kebal terhadap infeksi berat P. Falciparum.
4.     Orang dengan defisiensi G6PD pada eritrosit.

Didapat (acquired immunity) :
Terjadi secara aktif dan pasif.
Kekebalan aktif  merupakan peningkatan mekanisme pertahanan hospes akibat infeksi sebelumnya.
Kekebalan pasif ditimbulkan oleh zat-zat protektif yang ditularkan dari ibu kebayi atau melalui suntikan dengan zat yang mengandung serum orang kebal (hiperimun). Didaerah endemi malaria terdapat kekebalan kongenital (atau neonatal) pada bayi yang dilahirkan o/ ibu dengan kekebalan tinggi.
Kekebalan Residual adalah kekebalan terhadap reinfeksi yang timbul akibat infeksi terdahulu dengan strain homolog spesies parasit malaria ; kekebalan ini menetap untuk beberapa waktu.
Didaerah endemi dengan transmisi malaria yang tinggi hampir sepanjang tahun, penduduknya sangat kebal dan sebagian besar dalam darahnya terdapat parasit malaria dalam jumlah kecil.
Pada umumnya penduduk daerah endemi yang terpapar malaria secara terus menerus, membentuk suatu kekebalan terhadap infeksi. Manifestasi klinis, parasitemia dan mungkin pembentukan gametosit juga berkurang o/ adanya kekebalan ini. Didaerah holo/hiperendemik, prevalensi malaria dan pembentukan gametosit paling banyak terjadi pada bayi dan anak kecil karena kelompok ini memiliki kekebalan yang paling rendah. Orang dewasa mempunyai titer antibodi malaria yang tinggi dan jumlah parasit yang beredar dalam darahnya paling rendah, mempunyai kekebalan yang dibentuk parasit itu sendiri. Pada wanita dengan kehamilan triwulan terakhir, kekebalan terhadap malaria menurun, sehingga seringkali menimbulkan infeksi berat.








PLASMODIUM VIVAX

P. vivax menyebabkan penyakit malaria vivax, dapat juga disebut malaria tertiana.
Spesies ini terdapat didaerah subtropik, dapat juga ditemukan didaerah dingin, atau didaerah tropik afrika. Di indonesia spesies ini tersebar diseluruh kepulauan dan pada umumnya didaerah endemi memiliki frekuensi tertinggi diantara spesies lain.
Morfologi dan daur hidup
Dengan tusukan nyamuk anopheles betina, sporozoit dimasukan melalui kulit kedalam peredaran darah perifer manusia. Setelah kira-kira 30 mnt, sporozoit masuk kedalam sel hati dan timbuh menjadi skizon hati dan sebagian menjadi hipnozoit. Setiap skizon kira-kira membentuk 10.000 merozoit. Skizon hati ini masih dalam daur praeritrosit atau daur eksoeritrosit primer yang berkembangbiaknya secara aseksual dan disebut skizogoni hati
Hipnozoit tetap istirahat dalam sel hati selama beberapa waktu sampai aktif kembali dan mulai dengan daur eksoeritrosit skunder. Merozoit dari skizon hati masuk keperedaran darah menghinggapi eritrosit dan mulai dengan daur eritrosit untuk pembiakan aseksual (skizogoni darah). Merozoit skizon eritrosit ini kemudian tumbuh menjadi tropozoit muda yang berbentuk cincin. Eritrosit yang dihinggapi parasit p. Vivax mengalami perubahan yaitu menjadi besar, berwarna pucat dan tampak bintik-bintik halus berwarna merah yang bentuk dan besarnya sama dan disebut titik Schuffner.
Daur eritrosit pada p. Vivax berlansung 48 jam dan terjadi secara sinkron.
Setelah daur eritrosit berlangsung beberapa kali, sebagian merozoit yang tumbuh menjadi tropozoit dapat membentuk sel kelamin, yaitu makrogametosit dan mikrogametosit yang bentuknya bulat dan lonjong serta masih mengisi hampir seluruh eritrosit.
Dalam badan nyamuk terjadi daur seksual (sporogoni Ookista)) yang berlangsung selama 16 hari pada suhu 20°C dan 8-9 hari pada suhu 27°C. Dibawah 15°C perkembang biakan secara seksual tidak mungkin berlangsung.
Patologi dan gejala klinis
Masa tunas intrinsik biasanya berlangsun 12-17 hari, tetapi pada beberapa strain p. Vivak dapat sampai 6-9 bulan atau bahkan lebih lama.
Serangan pertama dimulai dengan sindrom prodromal ; sakit kepala, sakit punggung, mual dan malaise umum. Demam tidak teratur pada 2-4 hari pertama, tetapi kemudian menjadi intermiten dengan perbedaan yang nyata pada pagi dan sore hari. Suhu meninggi kemudian turun menjadi normal.
Kurva demam pada permulaan penyakit tidak teratur yang disebabkan karena adanya beberapa kelompok (brood) parasit yang masing-masing mempunyai waktu sporulasi tersendiri, hingga demam menjadi tidak teratur, tetapi kemudian kurva demam menjadi teratur, yaitu dengan periodesitas 48 jam.
Seranga demam terjadi pada siang atau sore hari dan mulai jelas dengan stadium menggigil, panas dan berkeringat yang klasik. Suhu badan dapat mencapai 40,6°C (105°F) atau lebih. Mual dan muntah serta herpes pada bibir dapat terjadi. Pusing, mengantuk atau gejala lain yang ditimbulkan oleh iritasi cerebral dapat terjadi tetapi hanya sementara. Anemia pada serangan pertama biasanya belum jelas atau tidak berat, tetapi pada malaria manahun menjadi lebih jelas. Malaria vivax yang berat pernah dilaporkan di uni soviet tetapi komplikasi ini berhubungan dengan adanya malnutrisi atau penyakit lain yang menyertainya.
Malaria vivax penting bukan karena angka kematiannya tetapi karena kelemahan penderita yang disebabkan relapsnya.
Limpa pada serangan pertama mulai membesar, dengan konsistensi lembek dan mulai teraba pada minggu ke-2. pada malaria manahun menjadi sangat besar, keras dan kenyal.
Pada permulaan serangan pertama, jumlah parasit kecil dalam peredaran darah tepi, tetapi bila demam tersian telah berlangsung, jumlahnya menjadi bertambah besar. Suatu serangan yang tidak diberi pengobatan, dapat berlangsung beberapa minggu dengan serangan demam yang berulang-ulang. Pada kira-kira 60% kasus yang tidak diberi pengobatan atau yang pengobatannya tidak adekuat, relaps timbul sebagai Rekrudesensi atau short term relaps.
Diagnosis
Diagnosis malaria vivax ditegakan dengan menemukan parasit p. Vivax pada sediaan darah.
Prognosis
Malaria vivax biasanya baik. Tidak menyebabkan kematian. Bila tidak diberikan pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung 2 bulan atau lebih. Rata-rata  infeksi malaria vivax tanpa pengobatan berlangsung 3 tahun, tetapi pada beberapa kasus dapat berlangsung lebih lama, oleh karena sifat relapsnya yaitu Rekrudesensi dan Rekurens.







Plasmodium Malariae

Adalah penyebab penyakit malaria malariae/Quartana karena serangan berulang setiap hari keempat.
Terdapat didaerah tropik dan subtropik, tetapi dibeberapa daerah cenderung rendah.
Morfologi dan daur hidup
Daur praeritrosit pada manusia belum pernah ditemukan. Siklus eritrosit aseksual tidak berbeda dengan p. Vivak.
Derajat parasitemia pada malaria quartana lebih rendah dibandingkan spesies lain yang menginfeksi manusia.
Patologi dan gejala klinis
Pada serangan pertama mirip dengan malaria vivax. Serangan demam lebih teratur dan terjadi pada sore hari. Parasit p. Malariae lebih cenderung menginfeksi eritrosit yang lebih tua.
Perjalanan penyakit tidak terlalu berat. Anemia kurang jelas dibandingkan dengan malaria vivak.
Diagnosis
Dapat dilakukan dengan menemukan parasit dalam sediaan darah.
Prognosis
Tanpa pengobatan, infeksi ini dapat berlangsung sangat lama dan relaps pernah tercatat 30-50 tahun setelah infeksi.
Epidemiologi
Penyakit ini bila ada disuatu daerah diindonesia frekuensinya sangat rendah hingga tidak merupakan masalah kesehatan masyarakat.

Plasmodium ovale

Penyakitnya disebut malaria ovale
Terdapat didaerah tropik afrika bagian barat, daerah pasifik barat dan beberapa bagian lain didunia. Diindonesia parasit ini terdapat dipulau owi sebelah selatan biak papua dan dipulau timur.
Morfologi dan daur hidup
Morfologi p.ovale mempunyai persamaan dengan p. Malariae tetapi perubahan eritrosit yang diinfeksi parasit ini mirip dengan p. Vivax yaitu dengan perubahan eritrosit yang membesar dan sebagian besar berbentuk lonjong (oval) dengan pinggiran eritrosit yang bergerigi pada salah satu ujungnya dengan titik-titik schuffner yang lebih banyak.
Patologi dan gejala klinis
Gejala klinis infeksi parasit ini mirip dengan malaria vivax. Serangan sama hebatnya tetapi oenyembuhan sering terjadi secara spontan dan relapsnya lebih jarang. Parasit sering tetap berada dalam darah (periode laten) dan mudah ditekan oleh spesies lain yang lebih virulen. Parasit baru tampak lagi setelah spesies yang lain lenyap. Infeksi campuran p.ovale sering terdapat pada orang yang tinggal didaerah tropik afrika dengan endemi malaria.
Diagnosis
Dengan menemukan parasit p. Ovale pada sediaan darah.
Prognosis
Malaria ovale penyakitnya ringan dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Epidemiologi
Malaria ovale bukan merupakan masalah kesehatan diindonesia karena dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.

Plasmodium falciparum

Menyebabkan malaria falciparum.
Terdapat didaerah tropik, terutama diafrika dan asia tenggara. Diindonesia parasit ini tersebar diseluruh kepulauan.
Marfologi dan daur hidup
Parsit ini merupakan spesies yang paling berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat.
Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut fase praeritrosit saja, tidak ada fase eksoeritrosit yang dapat menimbulkan relaps jangka panjang (rekurens) seperti pada  infeksi p.vivax dan p. Ovale yang mempunyai hipnozoit dalam sel hati.
Bentuk dini yang dapat dilihat dalam hati adalah skizon yang berukuran kira-kira 30 mikron pada hari keempat setelah infeksi. Sedangkan didalam darah tepi bentuk termuda yang dapat terlihat berupa bentuk cincin.
Bentuk cincin dan tropozoit menghilang dari darah tepi setelah 24 jam dan tertahan dikapiler alat-alat dalam seperti otak, jantung, plasenta, usus atau sumsum tulang. Dan ditempat-2 ini parasit berkembang biak lebih lanjut. Dalam 24 jam parasit dalam kapiler berkembangbiak secara skizogoni.
Didalam badan manusia parasit tidak tersebar secara merata di alat-alat dalam dan jaringan sehingga gejala klinis pada malaria falciparum dapat berbeda-beda. Sebagian kasus berat dan fatal disebabkan oleh karena eritrosit yang dihinggapi parasit menggumpal dan menyumbat kapiler.
Pembentukan gametosit berlangsung dialat-alat dalam. Gametosit muda memiliki bentuk agak lonjong, kemudian menjadi lebih panjang atau berbentuk elips. Akhirnya mencapai bentuk khas seperti sabit atau pisang sebagai gametosit matang. Gametosit tampak untuk pertama kali didarah tepi setelah beberapa generasi mengalami skizogoni. Biasanya kira-kira 10 hari setelah parasit pertama kali tampak dalam darah.
Makrogametosit biasanya lebih langsing dan lebih panjang dibandingkan dengan mikrogametosit (lebih lebar seperti sosis).
Patologi dan gejala klinis
Masa tunas intrinsik malaria falciparum berlangsung antara 9-14 hari.
Penyakitnya dimulai dengan sakit kepala, punggung dan ekstremitas, perasan dingin, mual, muntah atau diare ringan. Demam mungkin tidak ada atau ringan dan penderita tidak tampak sakit. Diagnosis pada stadium ini tergantung dari anamnesis tentang kepergian penderita kedaerah endemis malaria Falciparum.
Penyakit berlangsung terus, sakit kepala, punggung dan ekstremitas lebih hebat dan keadaan umum memburuk. Pada stadium ini penderita tampak gelisah, pikau mental. Demam tidak teratur dan tidak menunjukan periodesitas yang jelas. Keringat keluar banyak walau demamnya tidak tinggi. Nadi dan nafas menjadi cepat. Mual, muntah, dan diare menjadi lebih hebat, kadang-2 batuk oleh karena kelainan pada paru-paru. Limpa membesar dan lembek pada perabaan. Hati membesar dan tampak ikterus ringan. Ada anemia ringan dan leukopenia dengan monositosis. Bila stadium dini penyakit dapat didiagnosis dan diobati dengan baik, maka infeksi dapat segera diatasi.
Malaria falciparum stadium berat (WHO 1990) dengan salah satu bentuk gejala klinis tersebut dibawah ini dengan menyingkirkan penyebab infeksi lain (bakteri dan virus) :
-         Malaria otak dengan koma (unrousable coma)
-         Anemia normositik berat
-         Gagal ginjal.
-         Edema paru
-         Hipoglikemia
-         Syok
-         Perdarahan spontan
-         Kejang umum yang berulang.
-         Asidosis
-         Malaria hemoglobinuria (blackwater fever)
Manifestasi klinis lainnya
-         Gangguan kesadaran
-         Penderita sangat lemah
-         Hiperparasitemia
-         Ikterus (joundice)
-         Hiperpireksia
Pada penderita malaria falciparum yang disertai satu atau lebih kelainan tersebut, cukup untuk membuat diagnosis malaria falciparum berat atau dengan penyulit, bila diagnosis lain dapat disingkirkan.

Kelompok resiko tinggi untuk penderita malaria berat adalah :
a.     didaerah hiper/holoendemik
-         anak kecil berumur > 6 bulan (angka kematian tertinggi pada kel umur 1-3 tahun).
-         Wanita hamil
b.     didaerah hipo/mesoendemik : anak-anak dan orang dewasa.
c.      Lain-lain ;
-         pendatang (antara lain transmigran)
-         pelancong.


Malaria otak/ Malaria cerebral

Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%) bila dibandingkan dengan bentuk malaria berat lainnya. Gejala klinis dimulai secara lambat atau mendadak setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran, kelainan syaraf dan kejang-kejang yang bersifat lokal atau menyeluruh. Gejala neurologi yang timbul dapat menyerupai antara lain meningitis, epilepsi, delirium akut, intoksikasi, sengat panas (heat stroke).
Pada orang dewasa koma timbul beberapa hari setelah demam. Pada anak koma timbul kurang dari 2 hari setelah demam yang didahului dengan kejang-kejang dan dilanjutkan dengan penurunan kesadaran.
Yang disebut koma adalah bila dalam waktu kira-kira 30 mnt penderita tidak memberikan respon motorik dan atau respon verbal.


OKKKK