MALARIA DI INDONESIA
PENDAHULUAN
Malaria
masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia . Lebih dari setengah
penduduk Indonesia
masih hidup di daerah dimana terjadi penularan malaria, sehingga berisiko
tertular malaria.
Perpindahan
penduduk dan arus transportasi yang cepat, penderita malaria dapat dijumpai di
daerah yang sebelumnya tidak ditemukan kasus malaria. Banyak diantara penderita
malaria meninggal karena tidak pastinya diagnosa dan terlambat atau salah
pengobatan.
Setiap
tenaga kesehatan (dokter, perawat, laboratorist, dll) perlu memahami penyakit
malaria, mampu mengenali, menangani, merawat, mengetahui komplikasi serta dapat
menjadi role model bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakatnya.
SEJARAH
PEMBERANTASAN MALARIA DI INDONESIA
Abad 19 :
1852 – 1854 : Laporan tentang adanya wabah malaria di Cirebon
Abad 20 :
Sebelum 1925 : Jakarta dan kawasan
Pantura Jawa merupakan daerah endemikmalaria.
1919 -1927
: Pemberantasan malaria dengan
perbaikan sanitasi lingkungan serta pengobatan dengan kina. Dibentuk Biro
Malaria Pusat yang bersama Dinas Pekerjaan Umum mengadakan pembasmian malaria
dengan pengaturan irigasi dan pengaturan saluran air (drainase).
1945- PPD II : Uji coba penggunaan DDT.
1951 – 1959 :
Pemberantasan dengan mengunakan insektisida.
1958
: 18 juta pddk dapat dilindungi dari serangan malaria dengan
penyemprotan DDT pada rumah2 pddk.
1959 – 1968 :
Kebijakan WHO, pemberantasan ditingkatkan menjadi pembasmian malaria.
1970 : Indonesia ,
diikuti dengan pembentukan organisasi vertikal khusus, KOPEM (Komando Operasi
Pembasmian Malaria)
1965 : Puncak kegiatan KOPEM, pddk Jawa, Bali , Lampung terlindungi dari malaria dengan indikator Slide Positivity Rate (SPR) sebesar 0,15
%. Pada tahun yang sama terjadi kemunduran karena pertikaian politik.
1968
: SPR meningkat menjadi 0,52 % - 4,4 %
1973
: API dan SPR meningkat menjadi 4,7 %
1992 : DDT tidak boleh di pakai lagi, surveilans
ditingkatkan dengan meningkatkan PSM dan lintas sektoral disertai pengobatan
kasus malaria dan pemberantasan jentik dengan penanganan lingkungan.
Sekarang………………………?
VEKTOR MALARIA
Nyamuk
anofeles di Indonesia
berjumlah lebih dari 80 spesies, 24 diantaranya dapat menularkan malaria. Semua
vektor mempunyai kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Seperti An. Sundaicus
dan An. Subpictus hidup di air payau pada tingkat salinitas tertentu, An.
Aconitus hidup di air sawah, An. Maculatus hidup di air bersih di pegunungan,
An. Punctulatus dan An. Farauti hidup di
genangan air yang dapat sinar matahari.
Kehidupan nyamuk
sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan yang ada seperti; suhu, kelembaban,
hujan, ketinggian, angin, sinar matahari, arus air, dan kadar garam. Tingginya
penularan tergantung dari :
1.
Densitas vektor
2.
Frekuensi gigitan
3.
Lamanya hidup vektor
4.
Lamanya siklus sporogoni
5.
Angka sporozoit (parasit yang hidup dalam kelenjar liur
nyamuk)
6.
Adanya reservoir parasit (manusia yang mempunyai
parasit dalam darah)
MALARIA DI JAWA – BALI
Sebagian
besar daerah Jawa-Bali bebas dari penularan malaria. Tahun 1997 terjadi
peningkatan penularan malaria. Terjadi peningkatan API di beberapa daerah di
Jawa-Bali. Menetapnya transmisi malaria di beberapa daerah Jawa-Bali mungkin
disebabkan :
1.
Adanya daerah perindukan yang ideal untuk An. Maculatus
dan An. Balabacensis, yakni genangan air yang terbentuk di sepanjang sungai dan
sekitarnya pada perbukitan di dalam hutan yang ada penduduknya serta An.
Aconitus, yakni persawahan di lereng bukit yang ditanami terus menerus.
2.
Berkurangnya kepaatan hewan, nyamuk lebih banyak
menggigit manusia.
3.
Resistensi nyamuk terhadap insektisida.
4.
Resistensi parasit terhadap klorokuin
5.
Impor malaria dari luar Jawa – Bali/kurangnya
kewaspadaan petugas kesehatan pada daerah receptive.
6.
Upaya pemberantasan yang belum komprehensif dan
kurangnya supervisi pada daerah yang sulit.
MALARIA DI LUAR
JAWA – BALI
Pemberantasan
malaria dilakukan secara selektif di daerah prioritas, yakni daerah transmigran
baru, pembangunan sosial-ekonomi dan perbatasan. Selain itu dilakukan juga
pengobatan malaria melalui fasilitas puskesmas dan RS.
PENYEBARAN
RESISTENSI OBAT MALARIA
Melalui
pemeriksaan baik dengan in vivo maupun in vitro meunjukkan resistensi p.
falciparum terhadap klorokuin. Lebih mengkhawatirkan lagi ternyata p. vivax
resisten terhadap klorokuin.
TUJUAN
PEMBERANTASAN
Umum
Meurunnnya angka
kematian dan mencegah terjadinya KLB serta sedapat mungkin menurunkan angka
kesakitan dan mempersempit daerah penularan.
Khusus
1.
Mempertahankan angka malaria di Jawa-Bali
dan Pulau Bintan-Karimun kurang 0,1 per 100 penuduk.
2.
Menurunkan PR 2 % di desa prioritas di luar setelah
Jawa-Bali setelah diintervensi 3 tahun berturut-turut.
3.
Menurunkan kematian akibat malaria.
KEBIJAKSANAAN
1.
Upaya pemberantasan dilakukan secara selektif dengan
pertimbangan rasional, efesien, substainable,
acceptable dan affordable
(REESAA).
2.
Upaya pemberantasan malaria dilakukan secara optimal
melalui peningkatan kerjasama lintas sektor dan peran serta mayarakat.
3.
Desentralisasi pengambilan keputusan upaya
pemberantasan malaria ketingkat Kabupaten dan Puskesmas sebagai ujung tombak.
4.
Upaya pemberantasan malaria dilakukan secara integratif
dengan memanfaatkan sumber daya kesehatan yang tersedia sampai di Puskesmas.
5.
Upaya pemberantasan diprioritaskan pada upaya
pencegahan dan promotif termasuk mengurangi kematian dan timbulnya KLB.
6.
Unit pemberantasan malaria dilakukan pada tingkat desa
atau setingkat desa.
STRATEGI
1.
Penanganan penderita malaria dilakukan secara dini dan
segera.
2.
Pemberantasan vektor dilakukan secara selektif dengan
mengutamakan kerjasama lintas sektor dan peran serta masyarakat dengan
memasyarakatkan penggunaan kelambu dan penanganan tempat perindukan nyamuk
penular malaria dengan pengelolaan lingkungan (enviroment management)
3.
Penceghan dan penanggulangan KLB secara dini dengan
meningkatkan kewaspadaan melalui SKD-KLB ditingkat Puskesmas dan Kabupaten
dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan kegiatan pemberantasan
malaria.
Ada beberapa solusi alami yang dapat digunakan dalam pencegahan dan menghilangkan diabetes secara total. Namun, satu-satunya aspek paling penting dari rencana pengendalian diabetes adalah mengadopsi gaya hidup sehat Kedamaian Batin, Nutrisi dan Diet Sehat, dan Latihan Fisik Reguler. Keadaan kedamaian batin dan kepuasan diri sangat penting untuk menikmati kesehatan fisik yang baik dan atas semua kesejahteraan. Kedamaian batin dan kepuasan diri adalah kondisi pikiran yang adil. Orang dengan penyakit diabetes sering menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif. Saya didiagnosis menderita diabetes pada tahun 2000. Sedang bekerja merasa sangat lelah dan mengantuk. Saya meminjam glukometer dari rekan kerja dan diuji pada 760. Segera pergi ke dokter saya dan dia memberi saya resep seperti: Insulin, Sulfonamides, tetapi saya tidak bisa mendapatkan penyembuhan daripada mengurangi rasa sakit dan menghilangkan rasa sakit lagi. Saya menemukan nama kesaksian wanita Comfort online bagaimana Dr Akhigbe menyembuhkan HIV-nya dan saya juga menghubungi dokter dan setelah saya minum obatnya seperti yang diperintahkan, saya sekarang benar-benar bebas dari diabetes oleh dokter jamu Akhigbe. Jadi pasien diabetes yang membaca kesaksian ini untuk menghubungi emailnya drrealakhigbe@gmail.com atau Nomornya +2348142454860 Ia juga menggunakan ramuan herbalnya untuk penyakit seperti: Gigitan SPIDER, SCHIZOPHRENIA, LUPUS, DEMAM BERDARAH, MALARIA, INFEKSI EKSTERNAL, UMUM DINGIN, DASAR GABUNGAN, DASAR BAYAM, GERAKAN, STROKE, STROKE TUBERKULOSIS, PENYAKIT PERUT. ECZEMA, PROGERIA, MAKAN GANGGUAN, INFEKSI RESPIRATORI RENDAH, DIABETIKA, HERPES, HIV / AIDS,; ALS, DIARRHEA KABEL, KABEL, KANKER, MENINGITIS, HEPATITIS A DAN B, THYROID, ASCEMA, PENYAKIT HARI, KABUPATEN. AUTISM, NAUSEA Muntah ATAU DIARE, PENYAKIT GINJAL, EREKSI LEMAH. MATA TWITCHING MENSTRUATION PAINFUL ATAU IRREGULAR. Akhigbe adalah pria yang baik dan dia menyembuhkan semua tubuh yang datang kepadanya. di sini adalah email drrealakhigbe@gmail.com dan Nomornya +2349010754824
BalasHapus