Malaria
Malaria diketahui sejak lama. Pada tahun1880 Charles Louis Alphonse Laveran menemukan bentuk pisang/gametosit
dalam darah seorang penderita malaria. Dalam perkembangan ilmu kesehatan
selanjutnya, diketahui malaria ditularkan o/ nyamuk (Ross 1897) yang terdapat dirawa-rawa.
Malaria memiliki gejala klinis yang
khas dan mudah dikenal karena demam yang naik turun (periodisiter),
disertai menggigil, kelainan limpa (splenomegali) dengan limpa membesar dan
keras (demam kura).
Sepintas, infeksi yang diakibatkan o/ penyakit malaria dapat disederhanakan
sebagai sel darah merah (eritrosit) yang
terinfeksi parasit plasmodium dengan komplikasi-komplikasi yang
ditimbulkannya.
Parasit malaria termasuk Genus
Plasmodium, Phylum Protozoa
Apicomplexa, Kelas Sporozoa, Subkelas Coccidiida, Ordo Eucoccidides, Subordo Haemosporina.
Ada lebih dari 100 spesies genus plasmodia yang ditemukan pada pada darah
reptil, burung dan mamalia. Pada manusia dikenal 4 spesies yang menyebabkan
malaria pada manusia dengan sifat yang berbeda-beda menurut spesies yang
menginfeksinya.
-
Plasmodium Vivax (Tertiana)
-
Plasmodium Falciparum
-
Plasmodium malariae (Quartana)
-
Plasmodium Ovale
Pada kera ditemukan spesies-spesies parasit malaria yang hampir sama dengan
parasit yang menginfeksi pada manusia.
-
Plasmodium Cynomologi =
P. Vivak
-
Plasmodium Knowlesi = P.
Falciparum + P. Malariae
-
Plasmodium Brasilianum
pada kera di amerika selatan dan P. Rhodhaini pada chimpanse diafrika = P.
Malariae.
Daur hidup ke-4 spesies malaria pada manusia umumnya sama.
Proses ini terdiri dari fase Seksual
Eksogen (Sporogoni) didalam
badan nyamuk Anopheles/invertebrata dan fase
Aseksual (Skizogoni) dalam
hospes vertebrata.
Fase Aseksual mempunyai 2 daur ;
1.
Daur eritrosit dalam
darah
(Skizogoni eritrosit)
2.
Daur dalam sel perenkim
Hati
(Skizogoni Eksoeritrosit) atau stadium jaringan dengan
a.
Skizogoni Praeritrosit (Skizogoni Eksoeritrosit Primer) setelah sporozoit masuk kedalam
hati.
b.
Skizogoni Eksoeritrosit
Skunder
yang berlangsung dalam hati.
Pada infeksi malaria menunjukan bahwa ada 2 populasi sporozoit yang
berbeda.
·
Sporozoit yang secara langsung mengalami pertumbuhan,
dimana hanya terdapat sporozoit yang tetap hidup sesudah itu daur dalam hati
tidak berlanjut. Artinya hanya terjadi satu generasi aseksual dalam hati
sebelum daur dalam darah dimulai. (P. Falciparum+ P. Malariae).
·
Sporozoit yang tetap hidup selama periode tertentu
(Hipnozoit) sampai menjadi aktif kembali dan mengalami fase skizogoni. Dimana
daur eksoeritrosit berlangsung terus menerus hingga bertahun-tahun melengkapi
perjalanan penyakit yang berlangsung lama (bila tidak diobati) disertai banyak
Relaps. (P. Vivak+ P. Ovale).
PARASIT
DALAM HOSPES VERTEBRATA/Hospes perantara
(Proses
Skizogoni)
Bila nyamuk anopheles betina yang mengandung
parasit malaria dalam kelenjar liurnya menusuk hospes dan Sporozoit yang berada
didalam air liurnya masuk kedalam kulit → dalam darah → sel hati dan berkembang
biak.
Didalam sel hati, inti parasit membelah diri
berulang-ulang. Inti parasit ini dikelilingi oleh sitoplasma yang ikut membelah
diri menjadi beribu-ribu buah jumlahnya → merozoit.
Akhirnya sel hati (skizon hati) pecah. Merozoit
keluar dan masuk keperedaran darah. Sebagian besar menyerang eritrosit (tipe primer), sebagian tetap dihati →Hipnozoit
(tipe skunder), berkembang dan
menghasilkan relaps infeksi eritrositik, dan sebagian lagi dapat difagositosis
oleh sistem pertahanan tubuh.
Pada P. Vivak dan P. Ovale sporozoit yang menjadi
hipnozoit setelah beberapa waktu dapat menjadi aktif. Proses ini dianggap penyebab timbulnya Relaps jangka panjang atau
Rekurens.
Pada P. Falciparum dan P. Malariae tidak mengalami
proses hipnozoit dalam sinosoid hati (skizogoni eksoeritrosit).
FASE ASEKSUAL dalam darah
Waktu permulaan infeksi sampai parasit malaria
ditemukan dalam darah tepi disebut masa
pra-paten.
Merozoit yang dilepas oleh skizon jaringan (skizon
hati) mulai menyerang eritrosit. Stadium awal/parasit muda didalam sel darah
merah eritrosit disebut bentuk cincin, kemudian tumbuh
menjadi stadium muda yang disebut Tropozoit. Setelah masa pertumbuhan,
parasit tersebut berkembang biak secara aseksual didalam eritrosit melalui
proses pembelahan inti dan sitoplasma. Ini disebut Skizogoni.
Skizon dalam eritrosit setelah mengalami
pertumbuhan menjadi matang. Ini disebut Merozoit.
Setelah proses skizogoni selesai, eritrosit pecah
dan merozoit dilepas kealiran darah (sporulasi),
kemudian merozoit memasuki eritrosit baru dan generasi lain dibentuk dengan
cara yang sama.
FASE SEKSUAL dalam darah
Setelah 2 atau 3 generasi merozoit terbentuk,
sebagian merozoit tumbuh menjadi bentuk seksual. Proses ini disebut Gametogeni (Gametositosis). Stadium ini disebut Gametosit.
Bentuk seksual ini terjadi karena inti dan
sitoplasma parasit tidak membelah/ tidak membentuk merozoit.
Pada P. Falciparum bentuknya seperti sabit/pisang
bila sudah matang.
Pada spesies lain bentuknya bulat.
Gametosit betina → Makrogametosit
Gametosit jantan → Mikrogametosit
PARASIT
DALAM HOSPES INVERTEBRATA/Hospes definitif
(Proses
Sporogoni)
Proses Eksflagelasi
Bila nyamuk betina menghisap darah hospes manusia
yang mengandung parasit malaria, parasit aseksual yang akan dicerna bersama
eritrosit. Tetapi, parasit seksual (dalam bentuk gametosit) dapat tumbuh terus
didalam tubuh nyamuk.
Inti mikrogametosit membelah diri menjadi 4-8,
dengan masing-masing menjadi bentuk panjang seperti benang.
Didalam tubuh nyamuk, makrogametosit membentuk
tonjolan-tonjolan kecil sebagai tempat masuknya mikrogamet sehingga pembuahan
dapat berlangsung. Hasil pambuahan ini disebut Zigot.
Sporogoni
Zigot berkembang dari bentuk bulat tak bergerak
menjadi bentuk panjang dan dapat bergerak yang disebut Ookinete. Kemudian
menembus dinding lambung nyamuk dan berkembang menjadi Ookista.
Ookista semakin membesar yang berisikan inti-inti
yang membelah diri menjadi banyak. Inti-inti yang membelah diri ini adalah
Sporozoit.
Kemudian Ookista ini pecah, ribuan sporozoit yang
berada didalamnya dilepas dan bergerak dalam rongga badan nyamuk untuk mencapai
kelenjar liur dan siap untuk ditularkan.
CARA
INFEKSI
Terdapat 3 stadium parasit yang berpotensi
invasif, yaitu Sporozoit, Merozoit dan Ookinete.
Waktu antara nyamuk menghisap darah yang
mengandung gametosit sampai mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya disebut
masa tunas ekstrinsik.
Infeksi dapat terjadi dengan 2 cara ;
1. Secara Alami : yaitu melalui vektor,
bila sporozoit dimasukan kedalam badan manusia dengan tusukan nyamuk.
2. Secara Induksi : yaitu bila stadium
aseksual dalam eritrosit secara tidak sengaja masuk kedalam badan manusia
melaui darah. Misalnya ; tranfusi, suntikan atau kongenital.
GEJALA
KLINIS
Ada 3 karakteristik utama pada infeksi malaria.
Demam
Pada infeksi malaria, demam secara periodik
berhubungan dengan waktu pecahnya sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoit
yang masuk kealiran darah (sporulasi).
Pada malaria p. Vivak dan p. Ovale (tersiana),
skizon setiap kelompok menjadi matang setiap 48 jam sehingga periodesitas
demamnya bersifat tersier.
Pada malaria kwartana (p. Malariae), hal ini terjadi
dalam interval 72 jam.
Setiap serangan terdiri atas beberapa serangan
demam yang timbul secara periodik bersamaan dengan sporulasi.
Timbulnya demam dan beratnya infeksi yang
ditimbulkan juga tergantung kepada jumlah parasit.
Demam biasanya bersifat intermiten (febris
intermitens0, remiten (febris remitens), atau terus menerus (febris kontinua).
Serangan demam malaria biasanya dimulai dengan
gejala prodromal yaitu lesi, sakit kepala, tidak napsu makan kadang-2 disertai
mual dan muntah.
Serangan
demam malaria yang khas terdiri dari beberapa stadium :
1. Stadium menggigil dimulai
dengan perasaan dingin sekali. Nadinya cepat tetapi lemah, bibir dan jari
tangan membiru, kulit kering dan pucat, kadang-2 disertai muntah. Pada anak
sering terjadi kejang-2. Stadium ini berlangsung antara 15 menit hingga 1 jam.
2. Stadium puncak demam
dimulai pada saat perasaan dingin sekali berubah menjadi panas sekali. Muka
menjadi merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala
semakin hebat, biasanya ada mual dan muntah, nadi penuh dan berdenyut keras.
Perasaan haus sekali pada saat suhu tubuh naik sampai 41°C (106°F) atau lebih.
Stadium ini berlangsung selama 2 sampai 6 jam.
3. Stadium berkeringat
dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempat tidurnya basah.
Suhu turun dengan cepat, kadang-2 sampai dibawah ambang normal. Penderita
biasanya dapat tidur nyenyak dan saat bangun berasa lemah tetapi sehat. Stadium
ini berlangsung 2 sampai 4 jam.
Serangan
demam yang khas ini sering dimulai pada siang hari dan berlangsung
selama 8-12 jam. Setelah itu terjadi Stadium Apireksia. Lamanya serangan ini
untuk setiap spesies malaria berbeda.
Gejala
infeksi yang timbul kembali setelah serangan pertama biasanya disebut Relaps.
Relaps dapat bersifat :
a. Rekrudesensi (relaps jangka pendek). Timbul karena parasit
dalam darah (daur eritrosit) menjadi banyak.
b. Rekurens (relaps jangka panjang). Timbul karena parasit daur
eksoeritrosit dari hati masuk kedalam darah dan menjadi banyak.
Infeksi malaria juga dapat tidak menunjukan gejala
diantara serangan pertama dan relaps. Keadaan ini disebut Periode laten klinis. Walaupun ada parasitemia dan gejala lain
seperti splenomegali, sakit kepala dll.
Periode laten klinis ini terjadi bila parasit
tidak ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan
dalam jaringan hati.
Serangan demam semakin lama makin berkurang
beratnya karena tubuh menyesuaikan diri dengan adanya parasit dalam badan dan
karena adanya respon imun.
Splenomegali
Pembesaran limpa merupakan gejala khas terutama
pada infeksi manahun. Perubahan pada limpa biasanya disebabkan oleh kongesti,
tetapi kemudian limpa berubah menjadi berwarna hitam karena pigmen yang
ditimbun dalam eritrosit yang mengandung parasit dalam kapiler dan sinusoid.
Pada infeksi malaria manahun, jaringan ikat makin
bertambah sehingga konsistensi limpa menjadi keras.
Splenomegali dapat dideteksi dalam 1 minggu dari
mulainya gejala klinis.
Selama stadium akut, pembesaran biasanya sedang
tetapi pada malaria kronis limpa dapat membesar sampai > 20 X ukuran normal.
Anemia
Pada malaria terjadi anemia. Derajat anemia
tergantung pada spesies parasit penyebab malaria yang menginfeksinya.
Anemia tampak jelas pada infeksi p. Falciparum
dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat serta pada malaria manahun.
Anemia disebabkan beberapa faktor :
1.
Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan yang
tidak mengandung parasit yang terjadi dalam limpa (faktor autoimun sebagai pemegang
peranan).
2.
Reduced survival time. (eritrosit normal yang tidak
mengandung parasit yang tidak dapat hidup lama).
3.
Diseritropoesis. Gangguan dalam pembentukan eritrosit
karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang (retikulosit tidak dilepas
dalam peredaran darah).
DIAGNOSIS
Peranan diagnosis laboratorium terutama sebagai
penunjang penanganan klinis, berguna untuk :
a. Untuk diagnosis pada
kegagalan obat.
b. Untuk penyakit berat
dengan komplikasi.
c.
Untuk mendeteksi penyakit tanpa penyulit didaerah tidak
stabil atau daerah dengan transmisi rendah. Ini sangat penting untuk daerah
yang ada infeksi p. Falciparum dan p. Vivak karena pengobatannya berbeda.
KEKEBALAN
PADA MALARIA
Kekebalan pada malaria merupakan suatu keadaan
kebal terhadap infeksi dan berhubungan dengan proses-proses penghancuran
parasit atau terbatasnya pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Pada malaria
mungkin juga tedapat kekebalan alami (bawaan/genetik) dan kekebalan didapat.
Bawaan :
1. Manusia tidak dpt
diinfeksi oleh parasit malaria burung atau binatang pengerat.
2. Orang negro diafrika
barat relatif kebal terhadap P. Vivax o/ karena mempunyai golongan darah Duffy
(-), mungkin Duffy (+) merupakan reseptor untuk P. Vivax.
3. Orang dengan Hb S, Hb F,
beta-thalassemia lebih kebal terhadap infeksi berat P. Falciparum.
4. Orang dengan defisiensi
G6PD pada eritrosit.
Didapat (acquired immunity) :
Terjadi secara aktif dan pasif.
Kekebalan
aktif merupakan peningkatan mekanisme
pertahanan hospes akibat infeksi sebelumnya.
Kekebalan
pasif ditimbulkan oleh zat-zat protektif yang ditularkan dari ibu kebayi atau
melalui suntikan dengan zat yang mengandung serum orang kebal (hiperimun).
Didaerah endemi malaria terdapat kekebalan kongenital (atau neonatal) pada bayi
yang dilahirkan o/ ibu dengan kekebalan tinggi.
Kekebalan
Residual adalah kekebalan terhadap reinfeksi yang timbul akibat infeksi terdahulu
dengan strain homolog spesies parasit malaria ; kekebalan ini menetap untuk
beberapa waktu.
Didaerah endemi dengan transmisi malaria yang
tinggi hampir sepanjang tahun, penduduknya sangat kebal dan sebagian besar
dalam darahnya terdapat parasit malaria dalam jumlah kecil.
Pada umumnya penduduk daerah endemi yang terpapar
malaria secara terus menerus, membentuk suatu kekebalan terhadap infeksi. Manifestasi
klinis, parasitemia dan mungkin pembentukan gametosit juga berkurang o/ adanya
kekebalan ini. Didaerah holo/hiperendemik, prevalensi malaria dan pembentukan
gametosit paling banyak terjadi pada bayi dan anak kecil karena kelompok ini
memiliki kekebalan yang paling rendah. Orang dewasa mempunyai titer antibodi
malaria yang tinggi dan jumlah parasit yang beredar dalam darahnya paling rendah,
mempunyai kekebalan yang dibentuk parasit itu sendiri. Pada wanita dengan
kehamilan triwulan terakhir, kekebalan terhadap malaria menurun, sehingga
seringkali menimbulkan infeksi berat.
PLASMODIUM
VIVAX
P. vivax menyebabkan penyakit malaria vivax, dapat
juga disebut malaria tertiana.
Spesies ini terdapat didaerah subtropik, dapat
juga ditemukan didaerah dingin, atau didaerah tropik afrika. Di indonesia
spesies ini tersebar diseluruh kepulauan dan pada umumnya didaerah endemi
memiliki frekuensi tertinggi diantara spesies lain.
Morfologi dan daur hidup
Dengan tusukan nyamuk anopheles betina, sporozoit
dimasukan melalui kulit kedalam peredaran darah perifer manusia. Setelah
kira-kira 30 mnt, sporozoit masuk kedalam sel hati dan timbuh menjadi skizon
hati dan sebagian menjadi hipnozoit. Setiap skizon kira-kira membentuk 10.000
merozoit. Skizon hati ini masih dalam daur praeritrosit atau daur eksoeritrosit
primer yang berkembangbiaknya secara aseksual dan disebut skizogoni hati
Hipnozoit tetap istirahat dalam sel hati selama
beberapa waktu sampai aktif kembali dan mulai dengan daur eksoeritrosit
skunder. Merozoit dari skizon hati masuk keperedaran darah menghinggapi
eritrosit dan mulai dengan daur eritrosit untuk pembiakan aseksual (skizogoni
darah). Merozoit skizon eritrosit ini kemudian tumbuh menjadi tropozoit muda
yang berbentuk cincin. Eritrosit yang dihinggapi parasit p. Vivax mengalami
perubahan yaitu menjadi besar, berwarna pucat dan tampak bintik-bintik halus
berwarna merah yang bentuk dan besarnya sama dan disebut titik Schuffner.
Daur eritrosit pada p. Vivax berlansung 48 jam dan
terjadi secara sinkron.
Setelah daur eritrosit berlangsung beberapa kali,
sebagian merozoit yang tumbuh menjadi tropozoit dapat membentuk sel kelamin,
yaitu makrogametosit dan mikrogametosit yang bentuknya bulat dan lonjong serta
masih mengisi hampir seluruh eritrosit.
Dalam badan nyamuk terjadi daur seksual (sporogoni
→ Ookista)) yang berlangsung selama
16 hari pada suhu 20°C dan 8-9 hari pada suhu 27°C. Dibawah 15°C perkembang
biakan secara seksual tidak mungkin berlangsung.
Patologi dan gejala klinis
Masa tunas intrinsik biasanya berlangsun 12-17
hari, tetapi pada beberapa strain p. Vivak dapat sampai 6-9 bulan atau bahkan
lebih lama.
Serangan pertama dimulai dengan sindrom prodromal
; sakit kepala, sakit punggung, mual dan malaise umum. Demam tidak teratur pada
2-4 hari pertama, tetapi kemudian menjadi intermiten dengan perbedaan yang
nyata pada pagi dan sore hari. Suhu meninggi kemudian turun menjadi normal.
Kurva demam pada permulaan penyakit tidak teratur
yang disebabkan karena adanya beberapa kelompok (brood) parasit yang
masing-masing mempunyai waktu sporulasi tersendiri, hingga demam menjadi tidak
teratur, tetapi kemudian kurva demam menjadi teratur, yaitu dengan periodesitas
48 jam.
Seranga demam terjadi pada siang atau sore hari
dan mulai jelas dengan stadium menggigil, panas dan berkeringat yang klasik.
Suhu badan dapat mencapai 40,6°C (105°F) atau lebih. Mual dan muntah serta
herpes pada bibir dapat terjadi. Pusing, mengantuk atau gejala lain yang
ditimbulkan oleh iritasi cerebral dapat terjadi tetapi hanya sementara. Anemia
pada serangan pertama biasanya belum jelas atau tidak berat, tetapi pada
malaria manahun menjadi lebih jelas. Malaria vivax yang berat pernah dilaporkan
di uni soviet tetapi komplikasi ini berhubungan dengan adanya malnutrisi atau
penyakit lain yang menyertainya.
Malaria
vivax penting bukan karena angka kematiannya tetapi karena kelemahan penderita yang
disebabkan relapsnya.
Limpa pada serangan pertama
mulai membesar, dengan konsistensi lembek dan mulai teraba pada minggu ke-2.
pada malaria manahun menjadi sangat besar, keras dan kenyal.
Pada permulaan serangan pertama, jumlah parasit
kecil dalam peredaran darah tepi, tetapi bila demam tersian telah berlangsung,
jumlahnya menjadi bertambah besar. Suatu serangan yang tidak diberi pengobatan,
dapat berlangsung beberapa minggu dengan serangan demam yang berulang-ulang.
Pada kira-kira 60% kasus yang tidak diberi pengobatan atau yang pengobatannya
tidak adekuat, relaps timbul sebagai Rekrudesensi atau short term relaps.
Diagnosis
Diagnosis malaria vivax ditegakan dengan menemukan
parasit p. Vivax pada sediaan darah.
Prognosis
Malaria vivax biasanya baik. Tidak menyebabkan
kematian. Bila tidak diberikan pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung 2
bulan atau lebih. Rata-rata infeksi
malaria vivax tanpa pengobatan berlangsung 3 tahun, tetapi pada beberapa kasus
dapat berlangsung lebih lama, oleh karena sifat relapsnya yaitu Rekrudesensi
dan Rekurens.
Plasmodium Malariae
Adalah penyebab penyakit malaria malariae/Quartana
karena serangan berulang setiap hari keempat.
Terdapat didaerah tropik dan subtropik, tetapi
dibeberapa daerah cenderung rendah.
Morfologi dan daur hidup
Daur praeritrosit pada manusia belum pernah
ditemukan. Siklus eritrosit aseksual tidak berbeda dengan p. Vivak.
Derajat parasitemia pada malaria quartana lebih
rendah dibandingkan spesies lain yang menginfeksi manusia.
Patologi dan gejala klinis
Pada serangan pertama mirip dengan malaria vivax.
Serangan demam lebih teratur dan terjadi pada sore hari. Parasit p. Malariae
lebih cenderung menginfeksi eritrosit yang lebih tua.
Perjalanan penyakit tidak terlalu berat. Anemia
kurang jelas dibandingkan dengan malaria vivak.
Diagnosis
Dapat dilakukan dengan menemukan parasit dalam
sediaan darah.
Prognosis
Tanpa pengobatan, infeksi ini dapat berlangsung
sangat lama dan relaps pernah tercatat 30-50 tahun setelah infeksi.
Epidemiologi
Penyakit ini bila ada disuatu daerah diindonesia
frekuensinya sangat rendah hingga tidak merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Plasmodium ovale
Penyakitnya disebut malaria ovale
Terdapat didaerah tropik afrika bagian barat,
daerah pasifik barat dan beberapa bagian lain didunia. Diindonesia parasit ini
terdapat dipulau owi sebelah selatan biak papua dan dipulau timur.
Morfologi dan daur hidup
Morfologi p.ovale mempunyai persamaan dengan p.
Malariae tetapi perubahan eritrosit yang diinfeksi parasit ini mirip dengan p.
Vivax yaitu dengan perubahan eritrosit yang membesar dan sebagian besar
berbentuk lonjong (oval) dengan pinggiran eritrosit yang bergerigi pada salah
satu ujungnya dengan titik-titik schuffner yang lebih banyak.
Patologi dan gejala klinis
Gejala klinis infeksi parasit ini mirip dengan
malaria vivax. Serangan sama hebatnya tetapi oenyembuhan sering terjadi secara
spontan dan relapsnya lebih jarang. Parasit sering tetap berada dalam darah
(periode laten) dan mudah ditekan oleh spesies lain yang lebih virulen. Parasit
baru tampak lagi setelah spesies yang lain lenyap. Infeksi campuran p.ovale
sering terdapat pada orang yang tinggal didaerah tropik afrika dengan endemi
malaria.
Diagnosis
Dengan menemukan parasit p. Ovale pada sediaan
darah.
Prognosis
Malaria ovale penyakitnya ringan dan dapat sembuh
sendiri tanpa pengobatan.
Epidemiologi
Malaria ovale bukan merupakan masalah kesehatan
diindonesia karena dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Plasmodium
falciparum
Menyebabkan malaria falciparum.
Terdapat didaerah tropik, terutama diafrika dan
asia tenggara. Diindonesia parasit ini tersebar diseluruh kepulauan.
Marfologi dan daur hidup
Parsit ini merupakan spesies yang paling berbahaya
karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat.
Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut
fase praeritrosit saja, tidak ada fase eksoeritrosit yang dapat menimbulkan
relaps jangka panjang (rekurens) seperti pada
infeksi p.vivax dan p. Ovale yang mempunyai hipnozoit dalam sel hati.
Bentuk dini yang dapat dilihat dalam hati adalah
skizon yang berukuran kira-kira 30 mikron pada hari keempat setelah infeksi.
Sedangkan didalam darah tepi bentuk termuda yang dapat terlihat berupa bentuk
cincin.
Bentuk cincin dan tropozoit menghilang dari darah
tepi setelah 24 jam dan tertahan dikapiler alat-alat dalam seperti otak,
jantung, plasenta, usus atau sumsum tulang. Dan ditempat-2 ini parasit
berkembang biak lebih lanjut. Dalam 24 jam parasit dalam kapiler berkembangbiak
secara skizogoni.
Didalam badan manusia parasit tidak tersebar
secara merata di alat-alat dalam dan jaringan sehingga gejala klinis pada
malaria falciparum dapat berbeda-beda. Sebagian kasus berat dan fatal
disebabkan oleh karena eritrosit yang dihinggapi parasit menggumpal dan
menyumbat kapiler.
Pembentukan gametosit berlangsung dialat-alat
dalam. Gametosit muda memiliki bentuk agak lonjong, kemudian menjadi lebih
panjang atau berbentuk elips. Akhirnya mencapai bentuk khas seperti sabit atau
pisang sebagai gametosit matang. Gametosit tampak untuk pertama kali didarah
tepi setelah beberapa generasi mengalami skizogoni. Biasanya kira-kira 10 hari
setelah parasit pertama kali tampak dalam darah.
Makrogametosit biasanya lebih langsing dan lebih
panjang dibandingkan dengan mikrogametosit (lebih lebar seperti sosis).
Patologi dan gejala klinis
Masa tunas intrinsik malaria falciparum
berlangsung antara 9-14 hari.
Penyakitnya dimulai dengan sakit kepala, punggung
dan ekstremitas, perasan dingin, mual, muntah atau diare ringan. Demam mungkin
tidak ada atau ringan dan penderita tidak tampak sakit. Diagnosis pada stadium
ini tergantung dari anamnesis tentang kepergian penderita kedaerah endemis
malaria Falciparum.
Penyakit berlangsung terus, sakit kepala, punggung
dan ekstremitas lebih hebat dan keadaan umum memburuk. Pada stadium ini
penderita tampak gelisah, pikau mental. Demam tidak teratur dan tidak
menunjukan periodesitas yang jelas. Keringat keluar banyak walau demamnya tidak
tinggi. Nadi dan nafas menjadi cepat. Mual, muntah, dan diare menjadi lebih
hebat, kadang-2 batuk oleh karena kelainan pada paru-paru. Limpa membesar dan
lembek pada perabaan. Hati membesar dan tampak ikterus ringan. Ada anemia
ringan dan leukopenia dengan monositosis. Bila stadium dini penyakit dapat
didiagnosis dan diobati dengan baik, maka infeksi dapat segera diatasi.
Malaria falciparum stadium berat (WHO 1990) dengan
salah satu bentuk gejala klinis tersebut dibawah ini dengan menyingkirkan
penyebab infeksi lain (bakteri dan virus) :
-
Malaria otak dengan koma (unrousable coma)
-
Anemia normositik berat
-
Gagal ginjal.
-
Edema paru
-
Hipoglikemia
-
Syok
-
Perdarahan spontan
-
Kejang umum yang berulang.
-
Asidosis
-
Malaria hemoglobinuria (blackwater fever)
Manifestasi klinis lainnya
-
Gangguan kesadaran
-
Penderita sangat lemah
-
Hiperparasitemia
-
Ikterus (joundice)
-
Hiperpireksia
Pada penderita malaria falciparum yang disertai
satu atau lebih kelainan tersebut, cukup untuk membuat diagnosis malaria
falciparum berat atau dengan penyulit, bila diagnosis lain dapat disingkirkan.
Kelompok
resiko tinggi untuk penderita malaria berat adalah :
a. didaerah
hiper/holoendemik
-
anak kecil berumur > 6 bulan (angka kematian tertinggi
pada kel umur 1-3 tahun).
-
Wanita hamil
b. didaerah hipo/mesoendemik
: anak-anak dan orang dewasa.
c.
Lain-lain ;
-
pendatang (antara lain transmigran)
-
pelancong.
Malaria otak/ Malaria cerebral
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan
kematian tertinggi (80%) bila dibandingkan dengan bentuk malaria berat lainnya.
Gejala klinis dimulai secara lambat atau mendadak setelah gejala permulaan.
Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran, kelainan
syaraf dan kejang-kejang yang bersifat lokal atau menyeluruh. Gejala neurologi
yang timbul dapat menyerupai antara lain meningitis, epilepsi, delirium akut,
intoksikasi, sengat panas (heat stroke).
Pada orang dewasa koma timbul beberapa hari
setelah demam. Pada anak koma timbul kurang dari 2 hari setelah demam yang
didahului dengan kejang-kejang dan dilanjutkan dengan penurunan kesadaran.
Yang disebut koma adalah bila dalam waktu
kira-kira 30 mnt penderita tidak memberikan respon motorik dan atau respon
verbal.
OKKKK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar