Senin, 04 April 2011

suction


A.    Pengertian
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.  ( Ignativicius, 1999 ).
Sebagian pasien mempunyai permasalahan di pernafasan yang memerlukan bantuan ventilator mekanik dan pemasangan ETT (Endo Trakeal Tube), dimana pemasangan ETT (Endo Trakeal Tube) masuk sampai percabangan bronkus pada saluran nafas. Pasien yang terpasang ETT (Endo Trakeal Tube) dan ventilator maka respon tubuh pasien untuk mengeluarkan benda asing adalah mengeluarkan sekret yang mana perlu dilakukan tindakan suction
Suction adalah suatu tindakan untuk membersihkan jalan nafas dengan memakai kateter penghisap melalui nasotrakeal tube (NTT), orotraceal tube (OTT), traceostomy tube (TT) pada saluran pernafasa bagian atas. Bertujuan untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi sputum, merangsang batuk, mencegah terjadinya infeksi paru. Prosedur ini dikontraindikasikan pada klien yang mengalami kelainan yang dapat menimbulkan spasme laring terutama sebagai akibat penghisapan melalui trakea gangguan perdarahan, edema laring, varises esophagus, perdarahan gaster, infark miokard (Elly, 2000).
B.     Indikasi penghisapan sekret endotrakeal diperlukan untuk
1.       Menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenence)
a.       Pasien tidak mampu batuk efektif
b.      Di duga ada aspirasi.
2.      Membersihkan jalan napas (branchial toilet) bila ditemukan :
a.       Pada auskultasi terdapat suara napas yang kasar, atau ada suara  napas tambahan.
b.      Di duga ada sekresi mukus di dalam sal napas.
c.       Klinis menunjukkan adanya peningkatan beban kerja sistem pernapasan.
3.      Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium.
4.      Sebelum dilakukan tindakan radiologis ulang untuk evaluasi.
5.      Mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal.
Penerapan prosedur suction diharapkan sesuai dengan standar prosedur yang sudah ditetapkan dengan menjaga kesterilan dan kebersihan agar pasien terhindar dari infeksi tambahan karena prosedur tindakan suction. Adapun standar yang digunakan di RS dr. Kariadi adalah (Protap RSUP Dr. Kariadi, 2004)
C.    Standar alat
1.      Set penghisap sekresi atau suction portable lengkap dan siap pakai.
2.      Kateter penghisap steril dengan ukuran 20 untuk dewasa.
3.      Pinset steril atau sarung tangan steril.
4.      Cuff inflator atau spuit 10 cc.
5.      Arteri klem.
6.      Alas dada atau handuk.
7.      Kom berisi cairan desinfektan untuk merendam pinset.
8.      Kom berisi cairan desinfektan untuk membilas kateter.
9.      Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam kateter yang sudah dipakai.
10.  Ambubag / air viva dan selang o2.
11.  Pelicin / jely
12.  Nacl 0,9 %
13.  Spuit 5 cc.
D.  Standar pasien.
1.      Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakuakan.
2.      Posisi pasien diatur sesuai dengan kebutuhan.
E.  Prosedur.
1.      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
2.      Sebelum dilakukan penghisapan sekresi :
a.    Memutar tombol oksigen menjadi 100 %
b.    Menggunakan air viva dengan memompa 4–5 kali dengan kosentrasi oksigen 15 liter.
c.    Melepaskan hubungan ventilator dengan ETT.
3.    Menghidupkan mesin penghisap sekresi.
4.    Menyambung selang suction dengan kateter steril kemudian perlahan- lahan dimasukakan ke dalam selang pernafasan melalui ETT.
5.    Membuka lubang pada pangkal kateter penghisap pada saat kateter dimasukkan ke ETT.
6.    Menarik kateter penghisap kira–kira 2 cm pada saat ada rangsangan batuk untuk mencegah trauma pada carina
7.    Menutup lubang melipat pangkal, kateter penghisap kemudian suction kateter ditarik dengan gerakan memutar.
8.    Mengobservasi hemodinamik pasien.
9.    Memberikan oksigen setelah satu kali penghisapan dengan cara baging.
10.              Bila melakukan suction lagi beri kesempatan klien untuk bernafas 3-7 kali.
11.              Masukkan Nacl 0,9 % sebanyak 3-5 cc untuk mengencerkan sekresi.
12.              Melakukan baging.
13.              Mengempiskan cuff pada penghisapan sekresi terahir saat kateter berada dalam ETT, sehingga sekresi yang lengket disekitar cufft dapat terhisap.
14.              Mengisi kembali cuff dengan udara menggunakan cuff infaltor setelah ventilator dipasang kembali.
15.              Membilas kateter penghisap sampai bersih kemudian rendam dengan cairan desinfektan dalam tempat yang sudah disediakan.
16.              Mengobservasi dan mencatat
a.         Tensi, nadi, dan pernafasan.
b.        Hipoksia.
c.         Tanda perdarahan, warna, bau, konsentrasi.
d.        Disritmia.
F.   Komplikasi yang dapat terjadi akibat penghisapan sekret endotrakeal sebagai berikut( Setianto, 2007):
1.  Hipoksia / Hipoksemia
2.  Kerusakan mukosa bronkial atau trakeal
3.  Cardiac arest
4.  Arithmia
5.  Atelektasis
6.  Bronkokonstriksi / bronkospasme
7.  Infeksi (pasien / petugas)
8.  Pendarahan dari paru
9.  Peningkatan tekanan intra kranial
10.  Hipotensi
11.  Hipertensi
G.  Evaluasi dari hasil yang diharapkan setelah melakukan tindakan
penghisapan sekret endotrakeal adalah (Setianto, 2007):
1.    Meningkatnya suara napas
2.    Menurunnya Peak Inspiratory Pressure, menurunnya ketegangan saluran pernapasan, meningkatnya dinamik campliance paru, meningkatnya tidal volume.
3.    Adanya peningkatan dari nilai arterial blood gas, atau saturasi oksigen yang bisa dipantau dengan pulse oxymeter
4.     Hilangnya sekresi pulmonal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar