Selasa, 10 Mei 2011

menarik diri


A.    Kasus (Masalah Utama)
Gangguan Interaksi sosial: Menarik diri

B.     Pengertian.
Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Rawlins,1993 ).

C.    Proses Terjadinya Masalah
1.      Penyebab :
a.      Perkembangan : Sentuhan, perhatian, kehangatan dari keluarga yang mengakibatkan individu menyendiri, kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak adekuat yang berakhir dengan menarik diri.
b.      Komunikasi dalam keluarga : Klien sering mengalami kecemasan dalam berhubungan dengan anggota keluarga, sering menjadi kambing hitam, sikap keluarga tidak konsisten (kadang boleh, kadang tidak). Situasi ini membuat klien enggan berkomunikasi dengan orang lain.
c.       Sosial Budaya : Di kota besar, masing – masing individu sibuk memperjaungkan hidup sehingga tidak waktu bersosialisasi. Situasi ini mendukung perilaku menarik diri.

Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk melindungi diri, klien menjadi pasif dan kepribadiannya semakin kaku (rigid). Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
Konflik antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu sendiri terus berjalan dan penarikan diri dari realitas diikuti penarikan diri dari keterlibatan secara emosional dengan lingkungannya yang menimbulkan kesulitan. Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Menarik diri juga disebabkan oleh perceraian, putus hubungan, peran keluarga yang tidak jelas, orang tua pecandu alkohol dan penganiayaan anak. Resiko menarik diri adalah terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi).

2.      Tanda – tanda menarik diri dilihat dari beberapa aspek :
a.      Aspek fisik :
Ø  Makan dan minum kurang
Ø  Tidur kurang atau terganggu
Ø  Penampilan diri kurang
Ø  Keberanian kurang
b.      Aspek emosi :
Ø  Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
Ø  Merasa malu, bersalah
Ø  Mudah panik dan tiba-tiba marah
c.       Aspek sosial
Ø  Duduk menyendiri
Ø  Selalu tunduk
Ø  Tampak melamun
Ø  Tidak peduli lingkungan
Ø  Menghindar dari orang lain
Ø  Tergantung dari orang lain
d.     Aspek intelektual
Ø  Putus asa
Ø  Merasa sendiri, tidak ada sokongan
Ø  Kurang percaya diri


askep fraktur klavikula


Definisi:
Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal klavikula.

Tanda:
Klavikula membantu mengangkat bahu ke atas, ke luar, dan ke belakang thorax. Maka bila klavikula patah, pasien akan terlihat dalam posisi melindungi-bahu jatuh ke bawah dan mengimobilisasi lengan untuk menghindari gerakan bahu.

Penanganan:
Tujuan penanganan adalah menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi. Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani dengan sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan terputusnya ligamen korakoklavikular, akan terjadi pergeseran, yang harus ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna.


Komplikasi:
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis, cedera vena atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan malunion (penyimpangan penyatuan). Malunion merupakan masalah kosmetik bila pasien memakai baju dengan leher rendah.

Pendidikan Kesehatan:
Pasien diingatkan untuk tidak menaikkan lengan lebih tinggi dari bahu sampai ujung patahan tulang mengalami penyatuan (sekitar 6 minggu) namun didorong untuk melakukan latihan siku, pergelangan tangan dan jari-jari untuk mencapai gerakan bahu yang sempurna. Aktivitas berlebihan harus dibatasi kurang lebih selama 3 bulan.

MALUNION
Malunion merupakan suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut, atau miring. Komplikasi seperti ini dapat dicegah dengan melakukan analisis yang cermat sewaktu melakukan reduksi, dan mempertahankan reduksi itu sebaik mungkin terutama pada masa awal periode penyembuhan.

Gibs yang menjadi longgar harus diganti seperlunya. Fragmen-fragmen tulang yang patah dan bergeser setelah direduksi harus diketahui sedini mungkin dengan melakukan pemeriksaan radiografi serial. Keadaan ini harus dipulihkan kembali dengan reduksi berulang dan imobilisasi, atau mungkin juga dengan tindakan operasi

askep osteo artritis


A. Konsep Dasar Osteo Artritis

1. Pengertian

Osteo Artritis adalah penyakit sendi degeneratif atau arthritis hipertropi (Kapita Selekta I, 2000 : 535)

Osteo Artritis adalah suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang yang tidak diketahui penyebabnya meskipun terdapat beberapa faktor resiko yang berperan (Handono Kalim, 1996 : 76)

2. Etiologi

Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti ada beberapa faktor resiko yaitu :

a. Umur/usia

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya Osteo Artritis, faktor ketuaan adalah faktor terkuat prevalensi dan beratnya Osteo Artritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur terutama pada usia lebih dari 40 tahun.

b. Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena Osteo Artritis lutut dan Osteo Artritis banyaki sendi dan laki-laki lebih sering terkena Osteo Artritis paha, pergelangan tangan dan leher secara keseluruhan di bawah 45 tahun prevalensi Osteo Artritis kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita. Tetapi diatas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi Osteo Artritis lebih banyak pada wanita.

c. Suku bangsa

Osteo Artritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan asia daripada luar asia hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan frekuensi kelainan konginetal dan pertumbuhan.

d. Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya Osteo Artritis, misalnya pada ibu dan seorang wanita dengan Osteo Artritis pada sendi-sendi inter falang distal (nodus+ lebarden) terdapat 2 kali lebih sering Osteo Artritis pada sendi-sendi tersebut dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai 3 kali lebih sering.

e. Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya rsiko untuk timbulnya Osteo Artritis baik pada wanita maupun pada pria. Faktor metabolik dan hormonal pada kaitan antara Osteo Artritis dan kegemukan juga disokong oleh adanya kaitan antara Osteo Artritis dengan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus dan hipertensi.

f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus (misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan peningkatan Osteo Artritis tertentu, demikian juga cedera sendi dan olah raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan resiko Osteo Artritis yang lebih tinggi.

g. Kelainan pertumbuhan

Kelainan konginetal dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit perthes dan dislokasi konginetal paha) telah dikaitkan dengan timbulnya Osteo Artritis paha pada usia muda.

h. Kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya Osteo Artritis. Hal ini mungkin timbul karena mungkin tulang yang lebih padat (keras) tak membantu mengurangi getaran beban yang diterima oleh tulang rawan sendi akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

3. Tanda dan Gejala

a. Nyeri sendi

Keluhan ni merupakan keluhan utama, nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.

b. Hambatan gerak sendi

Ganguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya nyeri.

c. Kaku pagi

Pada beberapa pasien nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilisasi. Seperti duduk dikursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama bahkan setelah bangun tidur.

d. Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

e. Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan salah satu sendinya (seringkali dilihat dilutut atau tangan) secara pelan-pelan membesar.

f. Perubahan berjalan

Gejala ini juga merupakan gejala yang menyusahkan pasien, hampir semua pasien Osteo Artritis pergelangan kaki, tumit, lutut, atau panggul berkembang menjadi panjang.

4. Anatomi Sendi

Sendi secara sederhana merupakan pertemuan antara dua tulang atau lebih. Sendi memberikan adanya segmentasi pada rangka manusia dan memberikan kemungkinan variasi. Pergerakan diantara segmen-segmen serta kemungkinan permukaan sendi sehingga apabila ada kelainan/penyakit pada sendi maka akan memberikan ganguan pergerakan.

Klasifikasi dan jenis sendi

a. Sindesmosis

Sendesmosis adalah sendi dimana alat tulang hanya ditutupi oleh jaringan fibrosa.

b. Sinkondrosis

Sinkondrosis sendi dimana kedua tulang ditutupi oleh tulang rawan lempeng epifisis merupakan suatu sinticarosis yang bersifat sementara yang menghubungkan antara epifisis dan metafisis dan memberikan kemungkinan pertumbuhan memanjang pada tulang.

c. Sinartosis

Bila sendi mengalami oblitrasi dan terjadi penyambungan antara keduanya maka keadaan ini disebut sinartosis.

d. Simfisis

Simfisis adalah suatu jenis persendian dimana kedua permukaannya ditutupi oleh tulang rawan …………………………………

1) Sendi putar, bongkol sendi tepat masuk kedalam mangkok sendi yang dapat memberikan seluruh arah misalnya sendi panggul dan sendi peluru yang terdapat di bahu.

2) Sendi engsel. Satu permukaan bundar diterima oleh yang lain sedemikian rupa sehingga gerakannya hanya satu bidang dan dua arah misalnya sendi siku dan sendi lutut.

3) Sendi kordiloid. Seperti sendi engsel tetapi dapat bergerak dalam 2 bidang dan empat arah laterl, kedepan dan kebelakang. Fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi misalnya pergelangan tangan.

4) Sendi berporos atau sendi putar pergerakan sendi memutar seperti pergerakan kepala sendi dimana atlas berbentuk cicin berputar sidekitar prosesus odontoid contoh lain gerakan radius disekitar…uln pronasi dan sipinasi………………..

5) Sendi plana atau sendi timbal balik, misalnya sendi rahang dan tulang metacarpalia pertama (pergelangan tangan ) yang dapat memberikan banyak kebebasan untuk bergerak, ibu jari dapat berhadapan dengan jari lainnya. ……………..

5. Patogenesis

Terdapat dua perubahan morfologi utama yang mewarnai Osteo Artritis yaitu kerusakan tulang fokal tulang rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi dan tepi sendi (ostefit) perubahan mana yang terlebih dahulu timbul, keterkaitannya dan patogenesisnya sampai sekarang belum dimengerti benar.

Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa perubahan-perubahan metabolisme tulang rawan sendi telah timbul sejak awal proses patologis Osteo Artritis. Perubahan tersebut berupa peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak makro molekul matriks tulang rawan sendi (proteogukan dan kolagen). Hal ini menyebabkan penurunan kadar proteogukan, perubahan sifat-sifat kolagen dan berkurangnya kadar air tulang rawan sendi.

Pandangan mengenai patogenesis Osteo Artritis semakin banyak pada waktu belakangan ini. Sekarang penyakit ini tak dipandang lagi sebagai proses ketuaan saja, tetapi merupakan suatu penyakit dengan proses akut. Dengan adanya perubahan-perubahan makro molekul tersebut, sifat-sifat blomekanis tulang rawan sendi rentan terhadap beban yang biasa permukaan tulang rawan sendi menjadi tak homogen, terbelah pecah dengan robekan-robekan dan timbul ulserasi. Dengan berkembangnya penyakit tulang rawan sendi dapat hilang seluruhnya sehingga tulang dibawanya menjadi terbuka.

Pembentukan tulang baru (osteofit) dipandang oleh beberapa ahli sebagai suatu proses perbaikan untuk membentuk kembali persendian. Dengan menambah luas permukaan sendi yang dapat menerima beban.

Osteofit mungkin dapat memperbaiki perubahan-perubahan awal tulang rawan sendi pada Osteo Artritis. Akan tetapi kaitan yang sebenarnya antara osteofit dengan kerusakan tulang rawan sendi masih belum jelas, oleh karena osteofit pada saat tulang rawan sendi masih kelihatan normal.

Melihat adanya proses kerusakan dan proses perbaikan yang sekaligus terjadi adalah lebih tepat kalau Osteo Artritis dipandang sebagai kegagalan sendi yang progresif, sama seperti proses kegagalan organ yang lain, (misalnya jantung dan ginjal). Dalam proses Osteo Artritis juga terdapat usaha-usaha tertentu untuk mengatasi sebelum kegagalan tak dapat diatasi.

Ganguan


Keluaran


     
     
     

     
     


     

Osteofit Metabolisme

Remodeling kondrosit

Reaksi kapsul

Jawaban sinovial


Perbaikan

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

· Darah tepi

- Hemoglobin

- Leukosit

- LED

· Pemeriksaan Radiografi

a. Radiografi

Gambaran radigrafi sendi yang menyokong diagnosis Osteo Artritis ialah :

1) Penyempitan celah sendi yang sering kali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban)

2) Peningkatan densitas (skletosis) tulang sub kondral

3) Kista tulang

4) Osteofit pada pinggir sendi

5) Perubahan struktur anatomi sendi

b. MRI dan Mielografi

Pemeriksaan ini mungkin juga diperlukan pada pasien dengan Osteo Artritis tulang belakang untuk menetapkan sebab-sebab gejala dan keluhan-keluhan kompresi radikular atau medulla spinalis.

c. Artroskopi dan artrografi

7. Penatalaksanaan

a. Medikomentosa

Tidak ada pengobatan medikomentosa spesifik, hanya bersifat simtomatik, obat anti inflamasi non steroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis.

1) Analgesik yang dapat dipakai adalah asetaminopen dosis 2,6 – 4,9/hari atau profoksifen kkl. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek samping pada saluran cerna dalam ginjal.

2) Jika tidak berpengaruh atau jika terdapat tanda-tanda peradangan maka OAINS seperti fenoprofin, piroksikani, ibuproken, dan sebagainya dapat digunakan dosis untuk osteoartritis biasanya 1/2-1/3 dosis penuh untuk ………………

b. Perundungan Sendi

Osteo Artritis mungkin timbul atau diperkuat mungkin karena mekanisme tubuh yang kurang baik koreksi terhadap postur yang buruk dan penyangga (korset) untuk lordosis lumbak yang berlebihan mungkin membantu.

Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan.

c. Diet

Diet untuk menurunkan berat badan pasien Osteo Artritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan.

d. Dukungan psikosial

e. Persoalan seksual

Ganguan seksual dapat dijumai pada pasien Osteo Artritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut, seringkali diskusi mengenai hal ini pasien enggan mengutarakannya.

f. Fisiotherapi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan Osteo Artritis yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program pelatihan yang tepat pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untuk mengurangi rasa sakit/nyeri dan kekakuan.

Latihan isometric lebih baik daripada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi.

g. Operasi

Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien Osteo Artritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyeri yang menetap dan kelemahan fungsi

- Osteotomi : untuk mengoreksi ketidaklulusan atau ketidaksuaian

- Debridemen sendi : menghilangkan fragmen tulang rawan sendi

- AMP ( Ausis moore protese )………………

8. Komplikasi

- Jantung koroner

- Hipertensi

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Anamnesa

- Data biografi : nama, umur, jenis kelamin, alamat dan lain-lain

- Riwayat keperawatan : riwayat kesehatan saat ini, masa lalu, riwayat kesehatan keluarga

- Pola kebiasaan saat ini dan sebelumnya

b. Pemeriksaan fisik

- Aktivitas/istirahat

Gejala : Kesulitan ambulasi, kekauan sendi/membentuk pada pagi

hari setelah periode tak aktif) riwayat partisipasi/okupasi aktivitas olah raga yang menggunakan sendi tertentu.

Ketidakmampuan untuk berpartisipasi pada aktivitas okupasi/sekresi pada tingkat yang diinginkan.

Ganguan tidur, perlambatan tidru karena nyeri, karena nyeri, tidak merasa istirahat dengan baik.

- Sirkulasi :

Tanda : adanya edema, penurunan nadi pada sensi yang sakit, tungkai/jari-jari

- Higiene

Gejala : Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari

Menggunakan peralatan khusus

Kebutuhan terhadap ………..

- Neorusensori

Tanda : Ganguan rentang gerak pada sensi yang sakit

- Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri (tumpul, sakit, menetap) pada sendi yang sakit

memburuk dengan gerakan.

- Keamanan

Gejala : Cedera traumatik/fraktur pada sendi yang sakit tumor

tulang, deformitas konginetal.

Riwayat inflamasi arthritis tak sembuh AR atau OA

Nekrosis aseptic pada kepala sendi.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ganguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan spasme otot prosedur bedah penyakit sendi kronis, usia lanjut, ansietas

b. Ansietas/cemas berhubungan dengan prosedur tindakan operatif

c. Resiko cidera jatuh berhubungan dengan perubahan mobilitas sekunder akibat O arthritis

d. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, prosedur bedah penyakit sendi kronis, usia lanjut, ansietas

e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder, penggunaan kostikosteroid jangka panjang, prosedur invasive manipulasi bedah, penurunan mobilitas.

f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan, ganguan muskoleskeletal, terapi bedah

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

3. Perencanaan

a. Menghilangkan rasa sakit dan meminimalkan pergerakan di daerah yang sakit atau cedera serta pemberian analgesik

b. Berikan individu informasi yang akurat untuk mengurangi takutnya.

c. Mencegah cedera tulang, jaringan lanjut dengan bedrest dan tirah baring dapat mengurangi pergerakan dari tulang dan sendi

d. Lakukan perawatan luka post operasi dengan teknik aseptic dan antiseptik

e. Pencegahan ganguan mobilitas fisik dan kerusakan integritas kulit akibat kerusakan muskuloskeletal

f. Memberikan informasi yang akurat dan bekerjsama dengan medis.

4. Evaluasi

a. Nyeri berkurang atau hilang

b. Klien dapat mengungkapkan rasa cemasnya

c. Resiko cedera tidak terjadi

d. Resiko infeksi tidak terjadi

e. Klien dapat beraktivitas sesuai dengan kemampuan

f. Klien mengerti dan bertambah pengetahuannya setelah diberikan penjelasan mengenai prognosis pengobatan dan perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson Price, Silvia, PhD, Rn dkk. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 1995 EGC : Jakarta.

Doengoes Marlynn E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta.

Carpenito Lynda Juall. Diagnosa Keperawatan. Edisi VI. 1997. EGC : Jakarta.

Noer Sjaifoellah Prof. dr.HM dkk. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi 3 1996. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

Mansjoer Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. 2001 FKUI : Jakarta.

Diposkan oleh ilham di Kamis, Juli 10, 2008