Senin, 04 April 2011

askep cor pulmonal


1.   Pengertian
           Cor Pulmonal (CP) adalah suatu keadaan di mana terdapat hipertrofi atau dilatasi dari ventrikel kanan sebagai akibat dari hipertensi (arteri) pulmonal yang disebabkan oleh penyakit intrinsik dari parenkim paru, didinding toraks maupun vaskuler paru. Cor Pulmonal dapat bersifat akut akibat adanya emboli paru yang pasif, dan dapat juga bersifat kronis. (Yogiarto,M dan Baktiyasa,B: 2003).
           Cor Pulmonal adalah penyakit jantung karena tekanan darah dalam pembuluh-pembuluh nadi paru. Penyakit jantung Pulmonal terkadang timbul sekunder dengan penyakit paru-paru seperti emfisema, silicosis atau fibrosis pulmonal, yaitu darah dialirkan lewat paru-paru dengan sulit (F. Knight,Jhon: 1995).

2.   Etiologi
Secara garis besar Cor Pulmonal dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
a.       Penyakit Parenkim Paru, Penyakit Paru Obstruktif Menahun (merupakan penyebab  tersrang CP kronis), Bronki Ektasis, Sistik Fibrosis, pneumoconiosis.
b.      Kelainan dinding thoraks dan otot pernapasan, Kiposkoliosis, Miastenia Gravis
c.       Penyakit Vaskuler Paru, embolo paru berulang atau emboli paru pasif. Emboli paru myang masih pasif merupakan penyebab tersering dari Cor Pulmonal Akut sedangkan emboli paru berulang dapat menyebabkan Cor Pulmonal Kronis, Hipertensi Pulmonal Primer, Anemia sel sabit, scleroderma.
d.      Penyakit pembuluh darah paru-paru. Terutama trombosis dan embolus paru-paru, fibrosis akibat penyinaran menyebabkan penurunan elastisitas pembuluh darah paru-paru.
e.       Hipoventilasi alveolar menahun
Merupakan semua penyakit yang menghalangi pergerakan dada normal, misalnya:
a)   Penebalan pleura bilateral
b)   Kelainan neuromuskuler, seperti: poliomyelitis dan distrofi otot
c)   Kiposkoliosis yang mengakibatkan penurunan kapasitas rongga toraks  sehingga pergerakan toraks berkurang.

3.   Manifestasi
a.       Umum
Batuk-batuk dengan dahak, sesak nafas, bengek, pembesaran jantung, dan gagal jantung.
b.      Klinis
a)   CP akibat emboli paru: sesak tiba-tiba pada saat istirahat, batuk-batuk dan hemoptisis.
b)   CP dengan PPOM: sesak nafas disertai batuk yang produktif.
c)   CP dengan hipertensi Pulmonal Primer: sesak nafas dan sering pingsan jika beraktifitas ( exertional syncope).
d)  CP dengan kelainan jantung kiri: sesak nafas ortopnea, dyspnea.
e)   CP dengan kelaina jantung kanan: bengkak pada perut dan kaki serta cepat lelah.
f)    Gejala predominan cor pulmonal  yang terkompensasi berkaitan dengan penyakit parunya yaitu batuk produktif kronik, dyspnea karena olahraga, wheezing respirasi, kelelahan dan kelemahan, nyeri kuadran kanan atas.
c.       Tambahan
Sianosis, vena leher distensi, ventrikel kana menonjol, clubbing fingers.


4.   Patofisiologi
a.       Akut
Pada emboli paru yang pasif terjadi obstruksi akut yang luas pada pembuluh darah paru, akibatnya adalah:
Tahanan vaskuler  paru meningkat, kemudian terjadi hipoksia akibat pertukaran gas di tengah kapiler alveolar yang terganggu hipoksia  tersebut akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteri paru. Tahanan paru yang meningkat dan vasokontriksi menyebabkan tekanan pembuluh darah arteri paru meningkat (hipertensi pulmonal).

b.      Kronik
Pada penyakit paru kronis maka akan terjadi penurunan vaskuler paru, hipoksia, dan hiperkapnia/asidosis respiratorik. Hipoksia dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri paru. Disamping itu hipoksia dapat menyebabkan polisitemia sehingga viskositas darah akan meningkat dan dapat menyebabkan pembuluh darah arteri terjadi peningkatan.
Adanya penurunan vaskuler, hipoksia dan hiperkapnia akan meningkatkan tekanan darah (arteri pulmonal), hal ini disebut hipertensi pulmonal. Adanya hipertensi pulmonal menyebabkan beban tekanan pada ventrikel kanan melakukan mekanisme kompensasi berupa hipertropi dan dilatasi. Jika kompensasi ini gagal terjadilah gagal jantung kanan.

5.   Komplikasi
a.       Emfisema
b.      Gagal jantung kanan
c.       Gagal jantung kiri
d.      Hipertensi pulmonal primer

6.   Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan EKG
-       Biasanya menunjukkkan hipertrifi ventrikel kanan dana banormalitas atrium kanan.
-       EKG menunjukkan deviasi aksis ke kanan dan gelombang P lancip.
b.      Pemerikasaan Foto Thoraks
-       Kelainan pada parenkim paru
-       Pelebaran trunkus pulmonalis pada daerah hilus disertai penurunan gambaran vaskuler paru drastis di daerah perifer.
-       Pembesaran ventrikel kanan
-       Pelebaran Vena Cava Superior
-       Jika ada emfisema maka diafragma agak rendah, conus pulmonalis melebar.
c.       Pemeriksaan Laboratorium
Polisitemia ( hemoglobin dan eritrosit meninggi) akibat PPOM (Penyakit Paru Obstruksi Menahun). Saturasi O2 kurang dari 85%; PCO2 dapat meningkat atau normal.
Pemerikasaan AGD menunjukkan:
-       PO2 kurang dari 60 mmHg
-       PCO2 lebih dari 49 mmHg
-       pH darah rendah
d.      Pemerikasaan ekakardiografi
Tampak adanya pembesaran (dilatasi) ventrikel kanan, tanpa adanya kelainan struktur pada jantung kiri. Pada pemeriksaan M mode, katup pulmonal menunjukkan tanda hipertensi pulmonal. Pemerikasaan ekokardiografi dengan doopler atau denan color mappingdapat ditunjukkan dengan adanya regurgitasi trikuspidalis dan katup pulmonal.

e.       Angiografi
Pemeriksaan angiografi pulmoner merupakan metode diagnosis yang paling spesifik untuk adanya emboli paru, tetapi cara ini meningkatkan resiko jika dilakukan pada pasien dengan hipertensi pulmonal.
f.       Radiografi dada
Meningkirkan ada tidaknya penyakit parenkim paru dan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis yang menonjol atau membesar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar