Minggu, 03 April 2011

askep gangguan hati pankreas dan empedu


A.    ANATOMI FISIOLOGI
1.      HATI
Hati merupakan organ yang paling besar di dalam tubuh kita, beratnya mencapai ± 1,5 kg. Hati terletak di belakang tulang – tulang iga, di bagian atas rongga abdomen di sebelah kanan bawah diafragma.
Hati terbagi atas dua lapisan utama yaitu :
a.       Permukaan atas berbentuk cembung, terletak di bawah diafragma.
b.      Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura tranfersus.
Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri di bagian atas hati, selanjutnya hati dibagi empat belahan ; Lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudata, dan lobus quadratus.
Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatika dan vena porta. Keterangan lebih lanjut dapat kita lihat seperti di bawah ini :
a.       Arteri Hepatika
Keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95 – 100 % masuk ke hati akan membentuk jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler vena, akhirnya keluar sebagai vena hepatika.
b.      Vena Porta
Yang terbentuk dari lienalis dan vena mesentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati, darah ini mempunyai kejenuhan 70 % sebab beberapa 02 telah diambil oleh limfe dan usus, guna darah ini membawa zat makanan ke hati yang telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Besarnya kira–kira berdiameter 1 mm. di mana yang satu dengan yang lain terpisah oleh jaringan ikat yang membuat cabang pembuluh darah ke hati, cabang vena porta arteri hepatika dan saluran empedu dibungkus bersama oleh sebuah balutan dan membentuk saluran porta.
Darah berasal dari vena porta bersentuhan erat dengan sel hati dan setiap lobulus disaluri oleh sebuah pembuluh Sinusoid darah atau kapiler hepatika. Pembuluh darah halus berjalan di antara lobulus hati disebut Vena interlobular. Dari sisi cabang–cabang kapiler masuk ke dalam bahan lobulus yaitu Vena lobuler. Pembuluh darah ini mengalirkan darah dalam vena lain yang disebut vena sublobuler, yang satu sama lain membentuk vena hepatika dan langsung masuk ke dalam vena cava inferior.
Fungsi hati, terdiri dari ;
a.       Mengubah zat makanan yang diabsorbsi dari usus dan yang disimpan di suatu tempat dalam tubuh, dikeluarkannya sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan.
b.      Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresi dalam empedu dan urin.
c.       Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen.
d.      Sekresi empedu, garam empedu dibuat di hati dibentuk dalam sistem retikulo endotelium dialirkan ke empedu.
e.       Pembentukan ureum, hati menerima asam amino diubah menjadi ureum dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urin.
f.       Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air.
Penyimpanan dan peyebaran bahan termasuk glikogen lemak, vitamin dan zat besi, vitamin yang larut dalam minyak, atau lemak disimpan di hati.
Hati membantu mempertahankan suhu tubuh sebab luasnya organ ini dan banyaknya kegiatan metabolisme yang berlangsung mengakibatkan darah banyak mengalir melalui organ ini sehingga menaikan suhu tubuh.
Perlekatan peritoneal dan ligamentum hati yaitu :
a.       Ligamentum falsiformis, merupakan lipatan peritoneum berlapis ganda berjalan ke atas dari umbilikalis menuju ke hati berjalan ke permukaan anterior dan superior hati.
b.      Ligamentum teres hepatik, berjalan masuk ke fisura, yang terdapat pada permukaan viseral hati bersatu dengan cabang kiri vena porta.
c.       Ligamen venosum, suatu pita fibrosa yang merupakan sisa duktus venosus melekat pada cabang kiri vena porta, duktus venosus tertutup menjadi pita fibrosa.
d.      Omentum minus, berasal dari pinggir porta hepatis dan fisura yang melewati ligamentum venosum dan berjalan ke bawah menuju kurvatura minor lambung.

2.      KANDUNG EMPEDU
Kantung empedu atau kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kantung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Kandung empedu menyimpan cairan empedu yang dihasilkan oleh hati. Selama makan, kandung empedu akan berkontraksi (menciut) sehingga mengeluarkan sedikit cairan empedu yang berwarna hijau kecoklatan ke dalam usus halus. Cairan empedu berguna dalam penyerapan lemak dan beberapa vitamin, seperti vitamin A, D, E, dan K. Empedu merupakan campuran dari asam empedu, protein, garam-garam kalsium, pigmen dan unsur lemak yang disebut kolesterol. Sebagian dari empedu yang memasuki usus halus akan diteruskan dan
dikeluarkan melalui feses.


3.      PANKREAS
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan. Strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjangnya kira-kira 15 cm, mulai dari duodenum sampai limpa, dan dilukiskan terdiri atas tiga bagian.
a.       Caput (kepala)  pankreas, yang paling lebar, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum dan melingkarinya.
b.      Corpus (badan) pankreas, merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang lambung, di depan vertebra lumbalis pertama.
c.       Caudal (ekor) adalah bagian yang runcing di sebelah kiri, dan menyentuh limpa.
Jaringan pankreas terdiri atas lobula sel sekretari yang tersusun mengitari saluran-saluran halus. Saluran-saluran ini mulai dari persambungan saluran-saluran kecil dari lobula yang terletak di dalam ekor pankreas dan berjalan melalui badannya dari kiri ke kanan. Saluran-saluran kecil itu menerima saluran dan lobula lain dan kemudian bersatu untuk membentuk saluran utama, yaitu duktus wirsungi.

Pankreas dapat disebut sebagai organ rangkap karena mempunyai 2 fungsi. Fungsi eksokrin dilaksanakan oleh sel sekretari lobulanya, yang membentuk getah pankreas dan yang berisi enzim dan elektrolit. Cairan pencerna itu berjalan melalui saluran ekskretori halus dan akhirnya dikumpulkan oleh dua saluran, yaitu yang utama disebut duktus wirsungi dan sebuah saluran lain, yaitu duktus santorini, yang masuk ke dalam duodenum.
Saluran utama bergabung dengan saluran empedu di Ampula Vater. Isi enzim dalam getah pankreas yaitu amilase, lipase, dan tripsin. Enzim ini bersifat alkalis.
Pankreas dilintasi oleh saraf vagus dan dalam beberapa menit setelah menerima makanan, arus getah pankreas bertambah. Kemudian setelah isi lambung masuk ke dalam duodenum, maka dua hormon, sekretin dan pankreozimin dibentuk di dalam mukosa duodenum dan yang kemudian merangsang arus getah pankreas. Fungsi endokrin tersebar di antara alveoli pankreas, terdapat kelompok-kelompok kecil sel epitelium, yang jelas terpisah.
Kelompok ini adalah pulau-pulau kecil atau kepulauan langerhans, yang bersama-sama membentuk organ endokrin.
Persarafan didapati dari saraf vagus dan persediaan darah dan saluran kapiler besar.

 

B.     PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN

1.      HATI
Gangguan yang bisa terjadi pada hati yaitu:
Sirosis hepatis : penyakit yang ditandai dengan adanya peradangan difus dan menagun pada hati, diikuti proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi sel – sel hati sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati.
Ada dua faktor penyebab dari sirosis hari, yaitu : penyebab yang diketahui penyebabnya dan yang tidak diketahui penyebabnya ( idiopatik ).
a.       Diketahui penyebabnya :
1)      Alkoholisme
2)      Hepatitis virus B dan C
3)      Intoksikasi bahan kimia / ekstra hepatik
4)      Gizi buruk
5)      Kolestasis kronik intra / ekstra hepatik
6)      Obstruksi aliran vena hepatika
7)      Gangguan imunologi
8)      Kelainan metabolik
9)      Zat hepatotoksik
10)   Hemokromatosis
11)   Kelemahan jantung yang lama
b.      Tidak diketahui penyebabnya (idiopatik)
Asupan alkohol berlebihan disamping penyebab lain menyebabkan kerusakan sel hati dan inflamasi pada hati. Inflamasi hati menimbulkan berapa manifestasi seperti nyeri, demam, peningkatan WBC, mual, muntah, anoreksia, konstipasi, dan fatique. Inflamasi hati juga menyebabkan gangguan aliran darah dan aliran limfe sehingga menyebabkan nekrosis hati.
Bila keadaan ini terus berlanjut dapat mencapai tahap nekrosis hati dan banyak menimbulkan efek yang merugikan secara sistematis nekrosis hati dapat menyebabkan penurunan kemampuan untuk metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Keadan ini meyebabkan kadar plasma protein, turun, timbul penurunan albumin di dalam tubuh sehingga menimbulkan tekanan onkotik yang menyebabkan edema dan asites. Selain itu penurunan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein dapat menyebabkan hipoglikemia, malnutrisi, penurunan, energi sehingga menimbulkan kelemahan tubuh.
Penurunan metabolisme hormonal dapat juga terjadi akibat nekrosis hati sehingga menimbulkan manifstasi palmar eritema, gangguan siklus menstruasi, atrofi testis, gynecomastia, spider angioma, rambut pada aksila dan pubis rontok.
Hipertensi portal yang disebabkan oleh nekrosis hati menyebabkan sphlenomegali, membawa dampak terjadinya anemia, leukopenia dan trombositopenia. Keadaan tersebut meningkatkan resiko perdarahan disamping adanya penurunan absorbsi vitamin K dan juga resiko infeksi. Hipertensi portal juga menyebabkan tekanan vena sehingga cenderung terjadi varises esofagus, varises superficial abdomen dan juga haemoroid.
Metabolisme bilirubin juga mengalami penurunan akibat nekrosis hati, sehingga terjadi peningkatan bilirubinemia dan timbul joundise. Selain itu bilirubin diekskresikan dalam urin sehingga warna urin menjadi gelap. Feses warna dempul timbul akibat penurunan empedu pada sistem pencernan.
Akibat paling fatal dari nekrosis hati yaitu gagal hati total di mana semua fungsi yang dijalankan oleh hati mengalami gangguan gagal hepar fulminan sehingga timbul keadaan yang dinamakan encephalopathy hepatik. Encephalopathy yang ditandai dengan peningkatan serum amoniak, gangguan pola tidur, nafas berbau, asterixis dan asidosis respiratori dapat berlanjut dengan keadaan koma dan akhirnya menyebabkan kematian.
Manifestasi Klinis pada sirosis hepatis yaitu:
a.       Hepatomegali, cenderung terjadi pada awal perjalanan sirosis karena sel – sel hati dipenuhi oleh lemak. Akan tetapi pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati berkurang, setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati sehingga teraba noduler saat dipalpasi.
b.      Obstruksi portal dan asites.
c.       Gejala gastrointestinal tidak khas : anoreksia, mual dan muntah, diare atau konstipasi, kembung.
d.      Demam, kelelahan, penurunan berat badan.
e.      Splenomegali.
f.        Varises gastrointestinal : haemorhoid, varices esophagus, varises superficial abdomen.
g.       Edema.
h.      Defisit vitamin dan anemia.
i.         Kemunduran status mental.
j.        Kelamin endokrin : atrofi testis, gynecomastia, kerontokan rambut aksila dan pubis, gangguan menstruasi dan spider angioma, dan eritema palmar.
k.       Joundise.
l.         Nyeri abdomen kuadran kanan atas.
Pemeriksaan Diagnostik yang harus dilakukan yaitu :
a.       Pemeriksaan laboratorium
1)      Pemeriksaan pigmen seperti bilirubin direk, bilirubin total, bilirubin urin, urobilinogen urin dan urobilirubin feses. Pemeriksaan ini mengukur kemampuan hati untuk mengadakan konjugasi dan mengekskresi bilirubin.
2)      Pemeriksaan protein seperti protein total serum, albumin serum globulin serum kadar protein dapat dipengaruhi oleh sejumlah kelainan hati karena protein dibuat oleh hati.
3)      Protombin time, dapat memanjang pada penyakit hati.
4)      Pemeriksaan SGPT atau SGOT, ALP, amonia serum. Pemeriksaan ini berdasarkan pada pelepasan enzim dari sel – sel hati yang rusak.
5)      Kolesterol, dapat meningkat pada obstruksi bilier dan menurun pada penyakit parenkim hati.
6)      Pemeriksaan darah lengkap ( HB, HCT, SDM ) mungkin menurun karena perdarahan. Kerusakan SDM dan terlihat dengan hipersplenisme dan defisiensi besi. Leucopenia mungikin ada sebagai akibat hipersplenisme.
7)      Glukosa serum, hipoglikemia diduga mengganggu glikogenesis.
8)      Pemeriksaan Hbs Ag, mengetahui kemungkinan adanya hepatitis yang dapat menyebabkan sirosis hati.
b.      Pemeriksaan radiology
Foto rontgen abdomen untuk menentukan ukuran makroskopis hati.
c.       Biopsi hati, berfungsi untuk mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis dan kerusakan jaringan hati.
Penatalaksanaan pada pasien dengan sirosis hepatis yatu :
a.      Monitor komplikasi
Acites, perdarahan varises esofagus dan encephalopathy hepatic merupakan komplikasi yang sangat ditakutkan pada penderita sirosis hepatis. Selain itu gagal ginjal dan infeksi juga sangat berbahaya. Untuk itu anggota keluarga harus mengetahui  manifestasi mana yang harus segera dilaporkan kepada tenaga kesehatan dan kapan harus mencari pertolongan segera.
b.     Memaksimalkan fungsi hati
Pengaturan diet sangat penting untuk meminimalkan resiko trauma dan memaksimalkan regenerasi. Diet yang diberikan harus rendah protein pada kerusakan hepar berat dan bila ada edema harus rendah garam dan juga air. Bila proses tidak aktif diperlukan diet tinggi kalori, tinggi protein. Akan tetapi bila ada tanda koma hepatikum, jumlah kalori dan protein harus dihentikan. Vitamin B dan vitamin yang larut dalam lemak ( A, D, E, K ) umumnya diberikan pada klien dengan sirosis alkoholik. Istirahat yang cukup juga sangat penting untuk  memaksimalkan regenerasi hati.
c.      Perawatan berdasarkan penyebab
Sangat penting untuk mengeliminasikan pajanan hepatoxin, menghindari penggunaan alkohol. Antacid diberikan untuk mengurangi distress lambung dan meminimalkan kemungkinan pendarahan gastrointestinal.
d.     Pencegahan infeksi
Mencakup istirahat yang adekuat, diet yang tepat dan menghindari substansi hepatoxcic. Berikan lingkungan yang tenang untuk meningkatkan istirahat klien dan juga sarana isolasi untuk mengurangi resiko infeksi dari lingkungan sekitarnya.
e.     Pemberian diuretik yang mempertahankan kalium jika tedapat gejala acites dan meminimalkan perubahan cairan serta elektrolit akibat penggunaan diuretik. 

2 komentar:

  1. terimakasih banyak penjelasannya, menambah pengetahuan..

    http://obattraditional.com/obat-tradisional-radang-pankreas/

    BalasHapus