Senin, 04 April 2011

askep kardiomiopati diabetik


1.      Pengertian
Kardiomiopati suatu miokard yang primer atau idiopatik yang ditandai dengan dilatasi ruangan-ruangan jantung dan gagal jantung kongestif. (FKUI,1996:1072)
Kardiomiopati adalah bentuk kardiomiopati yang ditandai adanya dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran atrium kiri, dan statis darah dalam ventrikel. (Smeltzer and Bare, Alih bahasa Agung Waluyo,2001:883)

2.      Etiologi
Tidak ada etiologi yang pasti dari kardiomiopati, tetapi kemungkinan ada hubungan dengan beberapa hal, yaitu:
a.       Primer (penyakit otot jantung tanpa diketahui penyebabnya)
b.      Sekunder (penyakit otot jantung dengan adanya penyebab atau kemungkinan penyebab), yaitu:
a)      Kelainan autoimun
b)      Hipertensi sistemik
c)      Autoantibody yaitu antimyocardial antibodies
d)     Proses infeksi (infeksi bakteri/ virus)
e)      Gangguan metabolic (defisiensi thiamine dan scurvy)
f) Gangguan imunitas (leukimia)
g)      Kehamilan dan kelainan post partum
h)      Toxic proses (alcohol dan chemoterapi)
i)  Proses infiltrasi (amyloidosis dan kanker)

3.      Menifestasi klinis
a.       Kelelahan dan kelemahan
b.      Dispneu saat beraktivitas
c.       Paroksimal nocturnal dispneu
d.      Batuk dan mudah lelah
e.       Distensi vena jugularis
f.       Disritmia atau blok jantung
g.      Gagal jantung
h.      Emboli sistemik/ pulmonary
i.        Kardiomegali sedang-berat
j.        Suara S3 dan S4 gallop pada auskultasi jantung
k.      Tekanan darah normal/ turun
l.        Hepatomegali
m.    Asites
n.      Pitting edema pada bagian tubuh bawah
o.      Kulit dingin

4.      Patofisiologi
Kardiomiopati dilatasi mengakibatkan disfungsi pada ventrikel kiri dan kanan sehingga kekuatan kontraksi jantung menurun yang akan disertai penurunan kardiak output. Penurunan kardiak output dapat berakibat pada beberapa hal:
a.       Penurunan cardiac output akan meningkatkan prelod sehingga kongestif paru juga meningkat yang menyebabkan darah residu di ventrikel kanan berlebihan. Karena darah residu di darah berlebihan maka tekanan di ventrikel kanan juga meningkat sehingga aliran darah di atrium kanan terganggu, aliran balik vena cava serta vena hepatika menjadi terhambat yang berefek pada peningkatan tekanan partial dan statis darah di vena portal. Stasis darah yang berada di vena porta lama kelamaan menyebabkan vena di hepar semakin membesar sehingga terjadilah hepatomegali. Hepatomegali yang terjadi pada klien dengan kardiomiopati dilatasi akan mengakibatkan menurunnya fungsi hepar sebagai pembentuk protein plasma yang megatur perpindahan tekanan osmotik koloid dari cairan intraseluler ke ekstraseluler. Terganggunya perpindahan CIS ke CES akan mengakibatkan terjadinya asites.
b.      Penurunan cardiac output akan diikuti penurunan suplai darah dan Oksigen ke tubuh sehingga suplai dan kebutuhan darah serta oksigen yang diperlukan menjadi tidak seimbang dan perfusi jaringan menjadi terganggu yang berdampak pada kelemahan dan kelelahan pada klien. Kelemahan dan kelelahan yang dialami klein menyebabkan intoleransi aktivitas sehingga klien imobilisasi. Imobilisasi yang terlalu lama akan mengakibatkan penekanan yang menetap pada daerah yang menonjol sehingga sirkulasi jaringan pada area tersebut akan terhambat dan terjadi hipoksia jaringan yang jika dibiarkan akan terjadi gangguan integritas kulit.
c.       Penurunan cardiac output mengakibatkan darah residu pada ventrikel kiri bertambah sehingga tekanan dalam ventrikel kiri dan atrium kiri akan meningkat. Peningkatan tekanan ventrikel kanan dan atrium kiri akan emnghambat darah dari paru-paru sehingga tekanan kapiler paru akan meningkat melebihi tekanan osmotik koloid pada jaringan. Darah yang terhambat akan menjadi transudat intertisial alveolar yang akan berdampak sesak pada klien.
d.      Pada penurunan cardiac output mengakibatkan suplai darah ke ginjal menurun sehingga perfusi ginjal juga menurun yang akan disertai penurunan filtrasi glomerulus. Hal-hal tersebut menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal sehingga aldosteron meningkat. Peningkatan aldosteron  dan retensi natrium akan menyebabkan edema.
e.       Penurunan cardiac output diikuti oleh penurunan suplai darah ke otak. Jika suplai darah ke otak menurun menyebabkan perfusi di otak atau serebral terganggu yang dapat berakibat pada perubahan status mental.
5.      Komplikasi
a.       Dampak terhadap sistem tubuh:
a)      Sistem Pernafasan
         Batuk dapat terjadi akibat darah kembali ke belakang ventrikel menuju pulmonary vessels, abnormalitas ketidaknyamanan bernafas atau dispneu dapat terjadi disebabkan menurunnya pengisisan ventrikel kiri, meningkatnya tekanan vena pulmonar dan pulmonar kongestif.
         Dispneu terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Dispeneu bahakan dapat terjadi saat istirahat atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang. Dapat terjadi ortopneu, kesulitan bernafas saat berbaring. Pasien yang mengalami ortopneu tidak akan mau berbaring, tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat tidur atau kursi, bahakan saat tidur.
b)      Sistem Kardiovaskuler
         Nyeri dada yang kemungkinan disebabkan adanya iskemik miokard. Adanya penurunan curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan menyebabkan kematian.
c)      Sistem Pencernaan
         Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar abdomen, suatu kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan distress pernafasan.
         Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena di dalam rongga abdomen.             
d)     Sistem Muskuloskletal
         Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya sisa hasil metabolism. Juga terjadi akibat meningkatnya energy yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat sisters pernafasan dan batuk.
e)      Sistem Persyarafan
         Menurunnya perfusi serebral akibat menurunnya cardiac output menyebabkan terjadinya perubahan status mental.
f)       Sistem integument
         Edema dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara bertahap bertambah ke atas tungkai dan paha dan akhirnya ke genetalis eksterna dan tubuh bagian bawah. Edema sacral sering jarang terjadi pada pasien yang berbaring lama, karena daerah sacral menjadi daerah yang dependen. Pitting edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ujung jari, baru jelas terlihat setelah terjadi retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5kg.
g)      Sistem Perkemihan
         Nokturia, atau rasa ingin kencing pada malam hari, terjadi karena perfusi renal didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring. Diuresis terjadi paling sering malam hari karena curah jantung akan membaik dengan istitahat.

b.      Dampak terhadap psikososial
Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. Begitu terjadi kecemasan, terjadi juga dispneu, yang pada gilirannya memperberat kecemasan.

6.      Penatalaksanaan
a.      Penatalaksanaan Medis
a)      Obat digitalis
Cardiac output seperti digitalis mempunyai efek isotropic positif dan digunakan untuk meninggalkan miokardium contractility dan cardiac output. Kegiatan mereka dengan meningkatkan cardiac output berlanjut  dengan waktu kondisi, dan peningkatan refractory period. Permulaan obat-obat tersebut diberikan dalam digitalis dosis untuk memperoleh efisiensi cardiac output yang maksimal. Jika efektivitas obat itu diperoleh sangat besar, dosis lebih rendah digunakan untuk pemeliharaan. Efek samping obat ini adalah mual dan muntah.
b)      Vasodilator
Vasodilator menyebabkan relaksasi otot secara halus karena mempersatukan vena, menurunkan resistensi peripheral, dan akhirnya menurunkan daya kerja jantung. Vasodilator dalam dosis rendah adalah aktivitas penurunan kapiler pulmonary dan ventrikel kiri sudut tekanan, dalam dosis tinggi, hal itu menurunkan kelebihan daya. Efek samping obta ini diantaranya hipotensi, mual, muntah, sakit kepala atau compensatory.
c)      Istirahat
Pasien harus diletakkan pada posisi untuk menghindari ketidakperluan membuang energi. Jika pasien dalam ortopneu harus didukung dalam posisi fowler yang tinggi. Pasien harus dimobilisasi secara teratur untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah robeknya jaringan dikarenakan tekanan dari edema.
d)     Pemenuhan oksigen ke jaringan
Penambahan oksigen digunakan untuk menjamin secara adekuat oksigen ke sel-sel, selama pemberian oksigen ini harus diobservasi warna, respirasi dan tanda-tanda vital.
e)      Menurunkan volume darah
Bila payah jantung, hal itu menyulitkan sirkulasi darah, dan akumulasi cairan di dalam jaringan. Volume darah dapat diturunkan dengan menggunakan diuretic, diet pembatasan sodium. Bila perlu dilakukan paracentesisi untuk mengangkat kelebihan cairan di perut. Perubahan CVP, berat badan dan tekanan artery pulmonary adalah kemajuan yang baik dalam indikasi mengurangi volume darah. Seperti volume darah diturunkan penguatan cardiac akan meningkat dan oksigen ke sel-sel diperbaiki.
f) Terapi dengan diuretic
Diuretic digunakan untuk meningkatkan pengeluaran cairan secara cepat. Bila pasien diberi diuretic, biasanya pasien menjadi lemah. Harus diobservasi kehilangan elektrolit krtika diuretic digunakan. Kehilangan tersebut dapat berupa kehilangan potassium, klorida, sodium, dan calcium. Kehilangan potassium dan klorida dapat menjadi asidosis metabolic. Observasi  juga tanda-tanda kehilangan elektrolit yaitu haus, kram pada perut, lemah, banyak tidur, kejang otot.
g)      Diet pembatasan sodium
Membatasi pemasukan sodium dalam cara lain, sehingga darah dapat diturunkan. Sodium menyebabkan retensi air, sumber eliminasi diet dari sodium dapat mencegah dan mengontrol retensi cairan.
h)      Rotating tourniquets
Memberikan tourniquet pada tungkai menurunkan kembalinya darah vena. Sirkulasi darah vena di tungkai bawah dibatasi, dan muatan kerja diperkecil/ dikurangi. Tourniquet biasanya digunakan selama dekompensasi dan edema pulmonary keras dan hanya sampai kekuatan kardiak ditingkatkan. Beberapa ahli menentang penggunaan ini karena menyebabkan darah berkumpul pada ekstremitas bagian bawah, tergantung pada posisi.

b.      Penatalaksanaan Bedah
Transplantasi jantung adalah pilihan pada klien dengan kardiomiopati dilatasi berat (DCM). Criteria untuk seleksi dilakukannya transplantasi jantung adalah:
a)      Harapan hidup kurang dari 1 tahun
b)      Umur lebih muda dari 65 tahun
c)      Tidah adanya peningkatan retensi pulmonal
d)     Tidak adanya infeksi aktif
e)      Status psikososial yang stabil
f) Tidak adanya penyalahan obat atau alcohol

Tidak ada komentar:

Posting Komentar