Minggu, 03 April 2011

askep apendiksitis

A.    Konsep Dasar Appendisitis
1.      Definisi Appendisitis

Appendicitis is inflammation of the vermiform appendikx caused by an obstruction of the intestinal lumen from infection, stricture, fecll mass, foreign body, or tumor. {Yaitu : peradangan pada apendiks vermiformis yang disebabkan oleh sumbatan pada lumen intestinal karena infeksi, striktur, massa feses, benda asing atau tumor ( Lippincott, 1996 : 520 )}.
Apendisitis merupakan suatu peradangan appendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut (Price, 1994 : 401).

2.      Etiologi
Appendisitis disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma. Penyebab lain yang diduga yang menyebabkan appendisitis adalah erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. histolytica. Penelitian epidemologi menunujukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intra sekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional appendiks dan meninhkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya appendisitis.

3.      Patofisiologi
Appendisitis  mula  - mula disebabkan  oleh  sumbatan  lumen (hiperplasia folikel limfoid, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, fekolit, atau neoplasma ).  Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Karena tekanan tersebut menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa. Maka akan terjadi appendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi dan tekanan terus berlanjut menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bajteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan “appendisitis supuratif akut”. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding appendiks yang diikuti dengan ganggren. Stadium ini disebut dengan “Apendisitis ganggrenosa”. Bila dinding telah rapuh itu pecah akan terjadi perforasi.
1.      Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala dari appendisitis antara lain :
a.        Biasanya ditemukan malaise, demam ringan (37,7O C), konstipasi dan kadang-kadang diare sertra leukositosis moderat.
b.        Bila ruptur appendiks terjadi, nyeri sering kali hilang secara dramatis untuk sementara.
c.        Gejala-gejala permulaan adalah nyeri atau perasaan tidak enak sekitar umbilikus, diikuti nausea, muntah. Dalam 2 - 12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan dan batuk.
d.       Mungkin terdapat nyeri tekan sekitar titik Mc Burney, kemudian dapat timbul spasme otot dan nyeri lepas.
e.        Umumnya nafsu makan menurun ( Anoreksia ).

2.      Pemeriksaan Diagnostik
a.        SDP : leukositosis di atas 12.000 / mm, neutrofil meningkat sampai 75 %.
b.        Pemeriksaan urin : untuk membedakan dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih.
c.        Foto abdomen : dapat menyatakan adanya  pengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus terlokalisir.


3.      Komplikasi
Di bawah ini terdapat beberapa komplikasi dari appendisitis, yaitu :
a.        Perforasi (75 % dari kasus).
b.        Abses.
c.        Peritonitis.

4.      Penatalaksanaan Medis
a.        Sebelum operasi
1).     Observasi.
Dalam 8 – 12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala sering kali belum jelas. Observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta untuk melakukan tirah baring dan dipuasakan. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah diulang secara periodik.
2).     Intubasi bila perlu.
3).     Antibiotik
b.        Pembedahan
Intervensi bedah meliputi appendiktomi dalam 24-48 jam awitan manifestasi. Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi kecil atau laparoskopis. Bila operasi dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5 %. Penundaan selalu menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis. Bila terjadi perforasi klien memerlukan antibiotik dan bedah drainase.
c.        Pasca operasi
Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahi terjadinya perdarahan di dalam, syok, hipertermi atau gangguan pernafasan. Baringkan pasien dalam posisi fowler.
Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakn. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien dapat diperbolehkan pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar